Selamat hari sumpah pemuda teman-teman.
Tapi di posting saya kali ini, saya tidak akan mengulas habis pemikiran saya tentang sumpah pemuda, berhubung pikiran saya sedang tidak kritis dan dipenuhi pertanyaan bagaimana saya melewati UTS yang bertumpuk di minggu depan.
Kalau sekarang di kampus saya hampir semua orang sedang sibuk memikirkan bagaimana mengerjakan soal UTS, saya pada hari sumpah pemuda ini malah memikirkan bagaimana melewati ujian mental yang sebenarnya saya sendri yang membuat soal ujian mental itu secara tidak sengaja (baca: karena ketololan alamiah). Ok, untuk lebih jelasnya mari kita merefresh kebodohan yang saya lakukan sekitar sebulan yang lalu.
Sudah disinggung oleh beberapa kakak-kakak senior bahwa nanti di bulan November akan diadakan ajang sportifitas mahasiswa Fakulkas Ekonomi dan Manajemen. Setiap angkatan dari semua departemen wajib mengirimkan kontingen mereka untuk mewakili kelas dalam beberapa perlombaan cabang olah raga. Hingga saat kuliah Pengantar Kompuasi yang sangat menyuntukkan bagi saya, datanglah angket pendaftaran kontingen kelas yang nanti akan dijadikan wakil untuk beberapa perlombaan olah raga.
Setelah mengingat-ngingat, sudah lama sekali saya tidak mengaktifkan diri di beberapa organisasi ataupun kegiatan selama saya berstatuskan mahasiswa. Mungkin kali ini saya akan mencoba mengikuti kegiatan yang bersifat olah raga. Sambil berfikir sejenak, dulu waktu saya SMP dan SMA, saya sangat tidak menyukai pelajaran olah raga. Karena menurut saya, olah raga itu bakat, tidak bisa dipaksakan. Kebugaran jasmani tiap orang itu berbeda. Jadi menurut saya sangat tidak adil ketika guru olah raga mengharuskan pengambilan nilai olah raga seperti lari, atletik, basket, atau voli. Karena tidak semua orang bisa itu. Salah satunya saya.
Yah, kalo misalnya saya disuruh memilih olah raga apa yang paling saya benci, saya langsung spontan mengatakan saya paling benci olah raga LARI. Entah karena apa, tapi memang saya selalu peringkat dua terakhir atau tiga terakhir dari kelas jika ada pengambilan nilai lari. (Untungnya tidak paling terakhir). Dan kejadian memalukan waktu SMP adalah, saya benar-benar teler ketika pengambilan olah raga lari sekitar 2km (semakin sedikit waktu yang di tempuh, semakin tinggi nilainya, persyaratan yang membuat saya muak). Yang ada di pikiran saya waktu itu adalah, saya ingin pingsan, tapi tidak bisa. Ingin pura-pura pingsan, tapi tidak ada pengalaman pingsan sama sekali seumur hidup, jadi tidak pernah tahu rasanya pingsan itu seperti apa. It's ok, akhirnya nilai pun rendah, dan saya hanya berpredikatkan teler. Hohohoh hal ini menjadi bahan tertawaan saya dan teman-teman saya jika mengingat masa bodoh SMP.
Kebencian olah raga lari saya akhirnya merambat ke salah satu cabang olah raga permainan yang memang menuntut pemainnya harus lari yaitu olah raga bola basket. Yang saya tahu, jika giliran pelajaran olah raga basket, dan saya masuk ke salah satu tim, saya sekali pun tidak pernah dapat mendribel, shooting atau lain-lain (saya tidak hapal dan tidak mau tahu istilah-istilahnnya),bahkan saya nyaris tidak pernah menyentuh bola sekali pun. Yang saya lakukan di lapangan hanyalah lari bolak-balik mengikuti arah pemain lain yang sibuk berebutan bola. (Silahkan memikirkan bagaimana para remaja wanita bermain bola basket, saya yakin kalian memahaminya). Ketimbang basket, saya lebih menyukai voli yang tidak mewajibkan pemainnya untuk berlari mengejar bola. Alasan yang masuk akal bukan?
Beranjak kuliah, saya merasa bersyukur karena tidak bertemu lagi dengan pelajaran olah raga. Tapi saudara-saudara, ketahuilah pemikiran rasa syukur saya ternyata meleset jauh. Takdir sepertinya tertawa terbahak-bahak melihat saya hanya melongo karena kaget bahwa saya masih berhadapan dengan mata kuliah olah raga di semester dua. Dan yang paling menyakitkan, mata kuliah ini hanya 1 SKS, tapi energi yang dikuras, naujubileeee...luar biasa, setara dengan mata kuliah 6 SKS. Luar biasa kan? Hahahahaha.
Tapi entah mengapa, ketika mengikuti mata kuliah ini saya merasa kemampuan lari saya ada sedikit kemajuan. Dulu waktu saya SMP atau SMA, jika pengambilan lari multi level atau blip test, saya tidak pernah beranjak dari level 3, baik dalam keadaan tidak mood lari atau bahkan sambil mengemut gula merah, level saya masih saja di tiga. TIDAK ADA PENINGKATAN. Tapi keajaiban terjadi, kemampuan berlari saya meningkat, dan terbukti blip test saya naik menjadi level 5,5. Saya sendiri bingung. Setelah berfikir sejenak, ini mungkin disebabkan karena faktor lingkungan dan habitual. Yah, faktor lingkungan IPB yang jarak dari tiap fakultas dan ruang kuliah harus melewati bukit, gunung, lembah, naik tangga lima lantai, turun 4 lantai (mungkin saya adalah pengikut setia saran jalan seribu langkan Indi Barends), dan faktor habitual saya yang selalu telat bangun dan mengharuskan saya jalan cepat dan berlari sekencang mungkin dari asrama (pada tingkat satu saya tinggal di asrama). Jadilah kemampuan lari saya mengalami kemajuan. Ahoooy!!! Terima kasih untuk lingkungan IPB dan habitual telat bangun saya. (berharap mereka menjawab iya sama-sama).
Ok ,sekilas tentang perjalan hidup saya dengan olah raga, kembali ke ruang kelas mata kuliah pengantar komputsi yang sangat menyuntukkan. Angket kontingen itu sekarang ada di tangan saya. Di sana di beri pilihan, tiap orang dipersilahkan mengikuti maksimal empat cabang olah raga. Pada saat itu saya duduk di dekat dua orang teman saya, Faithy dan Kristin.
"Eh,,mau ikutan ini gak?" Saya bertanya pada mereka.
"Gue mau sih..kayaknya gue ngambil basket aja." Kata Kristin. Hoho, yah saya akui, dulu waktu tingkat satu dia sudah pernah mewakili kelasnya untuk ajang olah raga TPB dalam cabang bola basket juga. Kesimpulan, dia ada pengalaman di cabang itu.
"Lo faith?" Saya bertanya pada Faithy.
"Gue sih panitia in, tapi gue pengen sih. Ntar gue sms kakaknya dulu." Beberapa saat kemudian, Faithy pun memutuskan untuk ikut cabang basket.
"Lo in, ikut apaan?" Tanya mereka.
"Bingung gue, gue kagak bisa olah raga. Tampang doank mah gue kayak preman.." Tapi terbersit di pikiran gue untuk ikut basket. Hahaha, lumayan buat nambah penagalaman. Toh juga ujung-ujungnya dijadikan pemain cadangan, jadi tidak perlu malu ketahuan tidak main bola basket.
"Gue pengen basket sih, tapi gue bego man! Kagak tahu apa-apa.." ujar saya.
"Lo pikir gue bisa, ayo in..lo ada temen bego deh..gue.." Faithy memohon.
"Udah sih, ikut-ikut aja, ntar juga belajar." Kata Kristin.
"Ok, gue ikut basket dan voli," keputusan sok bijak saya, mengingat saya punya teman sesama bego yaitu Faithy.
Keputusan itu, membuat nama kami terdaftar di kontingen basket ESL 46. Kocak, seorang saya menjadi kontingen. Kalo teman-teman SMA saya mengtahuinya, mereka pasti mengerutkan kening dan tertawa terpingkal-pingkal. Setelah melihat fakta bahwa kontingen ESL 46 hanya berjumlah 8 orang, dan jika saya dan Faihty tiba-tiba mengundurkan diri karena merasa minder akan kebodohan kami berarti kontingen tinggal 6. Hal itu tidak akan dizinkan terjadi oleh kapten tim. Dengan kata lain, kami sudah terikat di jeratan malapetaka. TIDAAK. Dan fakta lain membuktikaN, hanya saya dan Faithy yang tidak punya pengalaman apa-apa sama sekali, sedangkan yang lain sangat expert dan cukup exellent. Bagaimana kami tidak tambah minder? Huaaaaahhhh!!!
Waktu berjalan, dan latihan pun dijalakan. Tapi ternyata saya juga tidak mengikuti semua latihan, entah itu karena saya sakit, atau memang tabrakan jadwal. Tapi pengalaman pertama saat saya latihan adalah, banyak hal-hal bodoh yang saya lakukan. Apalagi itu latihan bersama kakak-kakak tingkat yang memang sudah jago. Jangankan pertandingaan, mau datang latihan saja saya sudah minder. Dan tahu, doa saya kepada Tuhan ketika memutuskan ikut latihan adalah, "Tuhan, semoga saya nanti tidak malu-maluin." Doa yang luar biasa. Hahahaha
Hingga hari ini, hari ujian mental saya dan teman saya Faithy. Ketika mendapatkan jarkom latihan bareng bersama angkatan 45 dan 44 jam 9 pagi, saya terpaksa memutuskan untuk ikut. Dan tahu, say ingin ikut dengan motivasi apa? Karena saya takut dan enggak enak dengan kapten tim saya. Sudah berapa kali dia mengajak latihan tetapi saya bolos. hehehee.
Ok, di mulai di malam sebelumnya, saya melihat lemari saya. Dan surprise....tadadada celana pendek saya ada di laundrian semua. Mengingat minggu lalu saya sakit sehingga tidak mengantarkan laundryan hampir seminggu, jadi alhasil habislah pakaian saya di lemari. Lalu saya mengingat-ngingat lagi. Aha, celana pendek biru kesayangan saya ada di Kak Erti. Maka saya pun datang ke kosannya meminta celana saya. Tapi takdir kembali berkehendak lain. Celana saya yang itu, entah ada di mana. Hahahaha, tapi dia berjanji akan mencarinya. Dengan hati yang pupus saya pulang ke kosan. Ok, saya bertemu teman tetangga kamar kosan saya, dan langsung bertanya,"Mel, ada celana basket gak?"
"Ada tet, tapi udah sering memel pake tidur?" Jawab Memel yang terbiasa memanggil saya butet.
"Gak apa-apa mel. Yang penting ada seragam buat latian besok. Lagi niat latihan nih."
Maka, memel pun mengeluarkan celana yang dimaksud dan TADA...warnanya kuning. Hmm cukup mencolok. Tanpa pikir panjang saya mengambilnya dan mengucapkan terima kasih.
Esok di pagi hari yang cerah, saya terbangun dengan SMS dari kak Erti yang mengatakan "Selamat olah raga, jangan lupa pake celana." Helooo apa coba maksudnya. Hahahahaha
Pagi itu, Faithy pun datang ke kamar saya dan menyuruh saya cepat bersiap-siap. Saya langsung mengenakan baju hitam dan celana kuning itu. Spontan Faithy langsung tertawa dan berkata:
"In, sumpah celana lo mencolok abis. Mana ntar gue jalan bareng lo lagi. Semua mata tertuju ke lo. Pasti ke gue juga. Terus kita berdua sama-sama bego basket. Nah ntar waktu lo main, di pluitin lagi, terus di peringatin,'eh yang celana kuning, pelanggaran!' ahahahahah" Ejek Faithy
"Ahh lo Faith, mematikan karakter gue aja, gue gak punya celana lagi nih. Udah ntar gue bego main, malu-maluin, pake celana kuning, mencolok lagi.."
Dan kami pun menghabiskan waktu berdua dengan ramalan-ramalan konyol memalukan dengan celana kuning ini.
Kami berdua pun keluar dari kosan, masih dengan ketakutan dan keminderan kami untuk latihan. Kocaknya, di tengah musim UTS sekarang yang mengharuskan kami latihan basket, orang-orang yang melihat kami berpakaian olah raga pasti bertanya," Kalian mau ke mana? Gak ujian?"
Dan ternyata benar, ketika kami sedang di teras kosan sambil mengenakan sepatu, Mona teman kami lewat sepertinya habis membeli makanan dan ingin kembai ke kosan. Ia bingung melihat kostum kami, dan bingun juga melihat kami yang jarang mengenakan kostum ini. Ia lalu bertanya, "Kalian mau ke mana, gak ujian?"
Saya dan Faithy hanya membalasnya dengan nyengir kuda.
Yang ada di pikiran kami adalah, setiap orang yang meihat kami pasti berpikir, kami berdua sinting dan tidak tahu waktu. Orang lain sibuk dengan ujian, tapi kami berdua malah datang ke kampus dengan salah kostum dan dengan minat yang berbeda.
Selama perjalanan dari kosan ke gymnasium yang lokasinya di dalam kampus, kami bertmu dengan banyak orang yang mengerutkan kening. Entah itu sugesti yang kami cipatakan sendiri atau apa. Tapi kami yakini dan berpersepsi, mereka punya yang tidak kenal kami akan beranggapan:
1. mereka berdua bukan anak IPB dan numpang main ke Gym
2. mereka berdua adalah orang-orang sinting yang tidak memikirkan masa depan
3. mereka berdua adalah orang-orang yang terlalu santai dan menguatamakan olah raga.
4. Celana kuning yang saya kenakan sangat mencolok dan agak norak
sedangkan orang-orang yang mengenal kami dan berpapasan dengan kami di jalan, kami berpersepsi bahwa mereka akan mengatakan:
1. saya dan faithy adalah dua orang bego yang nekat ikut main basket. Sungguh memalukan
2. saya dan Faithy adalah orang-orang yang tidak pantas mengenakan pakaian olah raga
3. Celana kuning yang saya kenakan sangat mencolok dan agak norak
Oh,,tidak. Perjalan yang menguji mental. Saya semakin tidak PD mengenakan celana kuning ini. Rasanya, semua mata tertuju pada kami selama kami di perjalanan.
Yang saya ingat, ada dua orang wanita yang satu berpakian hitam dan hijau, yang kami temui di depan gang perwira (nama jalan kosan saya),merekalah yang memiliki tampang paling aneh ketika melihat kami.
Perjalanan panjang sambil mencari alasan menutup muka pun berakhir di depan gymnasium tercinta. Tempat kami tidak sengaja mempermalukan diri kami dengan kebodohan dalam bermain basket. Tapi ketika melihat jam, TADAA.. kami sudah telat setengah jam. Dan yang ada di dalam gymnasium itu rata-rata kakak-kakak tingakta angkatan 45 dan 44. Yang ada di pikran kami saat itu adalah:
1. Kami telat dan semua mata akan tertuju pada kami
2. Saat latihan nanti mereka beranggapan, sudah bego main basket telat lagi
3. Ini lagi, si celana kuning...bego amat main basket.
Oh,,,tidaaaaak...
Dan tahu apa yang kami berdua lakukan, duduk di trotoar jalan depan gymnasium dan memikirkan perjalan pulang secepat mungkin dengan selamat, dan menyiapkan alasan yang akurat untuk kapten tim supaya dia benar-benar bisa mengerti keadaan kami saat itu. Hehehehe.
Keputusan final, kami tidak masuk ke gym, dan berjalan pulang ke kosan, kembali melewati orang-orang yang tadi melirik kami dengan pandangan heran. Muka tebal-muka tebal.
DAN..kami bertemu lagi dengan dua orang wanita berpakaian hitam dan hijau di depan gang perwira. Entah mengapa saya malas bertemu dengan mereka. Dengan spontan saya berkata pada Faithy," Faith, itu dua orang cewek tadi, kita sembunyi aja yuk, ntar mereka tambah mikir yang aneh-aneh lagi tentang kita."
Saya dan Faithy pun masuk ke alah satu kosan yang gerbangnya tinggi dan tertutup, saat itu pagarnya terbuka. Kami pun bersembunyi di balik pagar itu. Sambil mengintip dua orang itu sudah lewat atau belum.
Sesaat saya menghadap ke arah rumah kosan itu, dan di salah satu pohon tertulis, "silahkan melihat ke atas, ada kamera CCTV."
Spontan saya langsung tertawa dan memberi tahu Faithy.
Kami berdua pun keluar dari kosan itu dan bertemu lagi dengan dua orang wanita berbaju hitam dan hijau. Arrrrrghhhhh benar-benar ujian mental di hari sumpah pemuda.
Ketika sampai di kosan, kami kembali duduk di teras dan melepas sepatu. Ujian mental ternyata tidak hanya berhenti di situ saja. Kami bertemu dengan Mona lagi yang keluar dari kosannya (sepertinya di mau berangkat ujian) dan tambah bingung bertemu dengan kami pada posisi yang sama seperti tadi.
"Kalian sebenarnya dari mana atau mau ke mana sih? Kok enggak ujian?"
ingin rasanya saya menjawab, "kami ujian di minggu kedua mon", tapi entah sugesti dari mana saya pun menjawab,"kami habis ujian mental, mon.."
Ok, ujian mental di hari sumpah pemuda. Seperti terlewati tapi gagal.
Tapi di posting saya kali ini, saya tidak akan mengulas habis pemikiran saya tentang sumpah pemuda, berhubung pikiran saya sedang tidak kritis dan dipenuhi pertanyaan bagaimana saya melewati UTS yang bertumpuk di minggu depan.
Kalau sekarang di kampus saya hampir semua orang sedang sibuk memikirkan bagaimana mengerjakan soal UTS, saya pada hari sumpah pemuda ini malah memikirkan bagaimana melewati ujian mental yang sebenarnya saya sendri yang membuat soal ujian mental itu secara tidak sengaja (baca: karena ketololan alamiah). Ok, untuk lebih jelasnya mari kita merefresh kebodohan yang saya lakukan sekitar sebulan yang lalu.
Sudah disinggung oleh beberapa kakak-kakak senior bahwa nanti di bulan November akan diadakan ajang sportifitas mahasiswa Fakulkas Ekonomi dan Manajemen. Setiap angkatan dari semua departemen wajib mengirimkan kontingen mereka untuk mewakili kelas dalam beberapa perlombaan cabang olah raga. Hingga saat kuliah Pengantar Kompuasi yang sangat menyuntukkan bagi saya, datanglah angket pendaftaran kontingen kelas yang nanti akan dijadikan wakil untuk beberapa perlombaan olah raga.
Setelah mengingat-ngingat, sudah lama sekali saya tidak mengaktifkan diri di beberapa organisasi ataupun kegiatan selama saya berstatuskan mahasiswa. Mungkin kali ini saya akan mencoba mengikuti kegiatan yang bersifat olah raga. Sambil berfikir sejenak, dulu waktu saya SMP dan SMA, saya sangat tidak menyukai pelajaran olah raga. Karena menurut saya, olah raga itu bakat, tidak bisa dipaksakan. Kebugaran jasmani tiap orang itu berbeda. Jadi menurut saya sangat tidak adil ketika guru olah raga mengharuskan pengambilan nilai olah raga seperti lari, atletik, basket, atau voli. Karena tidak semua orang bisa itu. Salah satunya saya.
Yah, kalo misalnya saya disuruh memilih olah raga apa yang paling saya benci, saya langsung spontan mengatakan saya paling benci olah raga LARI. Entah karena apa, tapi memang saya selalu peringkat dua terakhir atau tiga terakhir dari kelas jika ada pengambilan nilai lari. (Untungnya tidak paling terakhir). Dan kejadian memalukan waktu SMP adalah, saya benar-benar teler ketika pengambilan olah raga lari sekitar 2km (semakin sedikit waktu yang di tempuh, semakin tinggi nilainya, persyaratan yang membuat saya muak). Yang ada di pikiran saya waktu itu adalah, saya ingin pingsan, tapi tidak bisa. Ingin pura-pura pingsan, tapi tidak ada pengalaman pingsan sama sekali seumur hidup, jadi tidak pernah tahu rasanya pingsan itu seperti apa. It's ok, akhirnya nilai pun rendah, dan saya hanya berpredikatkan teler. Hohohoh hal ini menjadi bahan tertawaan saya dan teman-teman saya jika mengingat masa bodoh SMP.
Kebencian olah raga lari saya akhirnya merambat ke salah satu cabang olah raga permainan yang memang menuntut pemainnya harus lari yaitu olah raga bola basket. Yang saya tahu, jika giliran pelajaran olah raga basket, dan saya masuk ke salah satu tim, saya sekali pun tidak pernah dapat mendribel, shooting atau lain-lain (saya tidak hapal dan tidak mau tahu istilah-istilahnnya),bahkan saya nyaris tidak pernah menyentuh bola sekali pun. Yang saya lakukan di lapangan hanyalah lari bolak-balik mengikuti arah pemain lain yang sibuk berebutan bola. (Silahkan memikirkan bagaimana para remaja wanita bermain bola basket, saya yakin kalian memahaminya). Ketimbang basket, saya lebih menyukai voli yang tidak mewajibkan pemainnya untuk berlari mengejar bola. Alasan yang masuk akal bukan?
Beranjak kuliah, saya merasa bersyukur karena tidak bertemu lagi dengan pelajaran olah raga. Tapi saudara-saudara, ketahuilah pemikiran rasa syukur saya ternyata meleset jauh. Takdir sepertinya tertawa terbahak-bahak melihat saya hanya melongo karena kaget bahwa saya masih berhadapan dengan mata kuliah olah raga di semester dua. Dan yang paling menyakitkan, mata kuliah ini hanya 1 SKS, tapi energi yang dikuras, naujubileeee...luar biasa, setara dengan mata kuliah 6 SKS. Luar biasa kan? Hahahahaha.
Tapi entah mengapa, ketika mengikuti mata kuliah ini saya merasa kemampuan lari saya ada sedikit kemajuan. Dulu waktu saya SMP atau SMA, jika pengambilan lari multi level atau blip test, saya tidak pernah beranjak dari level 3, baik dalam keadaan tidak mood lari atau bahkan sambil mengemut gula merah, level saya masih saja di tiga. TIDAK ADA PENINGKATAN. Tapi keajaiban terjadi, kemampuan berlari saya meningkat, dan terbukti blip test saya naik menjadi level 5,5. Saya sendiri bingung. Setelah berfikir sejenak, ini mungkin disebabkan karena faktor lingkungan dan habitual. Yah, faktor lingkungan IPB yang jarak dari tiap fakultas dan ruang kuliah harus melewati bukit, gunung, lembah, naik tangga lima lantai, turun 4 lantai (mungkin saya adalah pengikut setia saran jalan seribu langkan Indi Barends), dan faktor habitual saya yang selalu telat bangun dan mengharuskan saya jalan cepat dan berlari sekencang mungkin dari asrama (pada tingkat satu saya tinggal di asrama). Jadilah kemampuan lari saya mengalami kemajuan. Ahoooy!!! Terima kasih untuk lingkungan IPB dan habitual telat bangun saya. (berharap mereka menjawab iya sama-sama).
Ok ,sekilas tentang perjalan hidup saya dengan olah raga, kembali ke ruang kelas mata kuliah pengantar komputsi yang sangat menyuntukkan. Angket kontingen itu sekarang ada di tangan saya. Di sana di beri pilihan, tiap orang dipersilahkan mengikuti maksimal empat cabang olah raga. Pada saat itu saya duduk di dekat dua orang teman saya, Faithy dan Kristin.
"Eh,,mau ikutan ini gak?" Saya bertanya pada mereka.
"Gue mau sih..kayaknya gue ngambil basket aja." Kata Kristin. Hoho, yah saya akui, dulu waktu tingkat satu dia sudah pernah mewakili kelasnya untuk ajang olah raga TPB dalam cabang bola basket juga. Kesimpulan, dia ada pengalaman di cabang itu.
"Lo faith?" Saya bertanya pada Faithy.
"Gue sih panitia in, tapi gue pengen sih. Ntar gue sms kakaknya dulu." Beberapa saat kemudian, Faithy pun memutuskan untuk ikut cabang basket.
"Lo in, ikut apaan?" Tanya mereka.
"Bingung gue, gue kagak bisa olah raga. Tampang doank mah gue kayak preman.." Tapi terbersit di pikiran gue untuk ikut basket. Hahaha, lumayan buat nambah penagalaman. Toh juga ujung-ujungnya dijadikan pemain cadangan, jadi tidak perlu malu ketahuan tidak main bola basket.
"Gue pengen basket sih, tapi gue bego man! Kagak tahu apa-apa.." ujar saya.
"Lo pikir gue bisa, ayo in..lo ada temen bego deh..gue.." Faithy memohon.
"Udah sih, ikut-ikut aja, ntar juga belajar." Kata Kristin.
"Ok, gue ikut basket dan voli," keputusan sok bijak saya, mengingat saya punya teman sesama bego yaitu Faithy.
Keputusan itu, membuat nama kami terdaftar di kontingen basket ESL 46. Kocak, seorang saya menjadi kontingen. Kalo teman-teman SMA saya mengtahuinya, mereka pasti mengerutkan kening dan tertawa terpingkal-pingkal. Setelah melihat fakta bahwa kontingen ESL 46 hanya berjumlah 8 orang, dan jika saya dan Faihty tiba-tiba mengundurkan diri karena merasa minder akan kebodohan kami berarti kontingen tinggal 6. Hal itu tidak akan dizinkan terjadi oleh kapten tim. Dengan kata lain, kami sudah terikat di jeratan malapetaka. TIDAAK. Dan fakta lain membuktikaN, hanya saya dan Faithy yang tidak punya pengalaman apa-apa sama sekali, sedangkan yang lain sangat expert dan cukup exellent. Bagaimana kami tidak tambah minder? Huaaaaahhhh!!!
Waktu berjalan, dan latihan pun dijalakan. Tapi ternyata saya juga tidak mengikuti semua latihan, entah itu karena saya sakit, atau memang tabrakan jadwal. Tapi pengalaman pertama saat saya latihan adalah, banyak hal-hal bodoh yang saya lakukan. Apalagi itu latihan bersama kakak-kakak tingkat yang memang sudah jago. Jangankan pertandingaan, mau datang latihan saja saya sudah minder. Dan tahu, doa saya kepada Tuhan ketika memutuskan ikut latihan adalah, "Tuhan, semoga saya nanti tidak malu-maluin." Doa yang luar biasa. Hahahaha
Hingga hari ini, hari ujian mental saya dan teman saya Faithy. Ketika mendapatkan jarkom latihan bareng bersama angkatan 45 dan 44 jam 9 pagi, saya terpaksa memutuskan untuk ikut. Dan tahu, say ingin ikut dengan motivasi apa? Karena saya takut dan enggak enak dengan kapten tim saya. Sudah berapa kali dia mengajak latihan tetapi saya bolos. hehehee.
Ok, di mulai di malam sebelumnya, saya melihat lemari saya. Dan surprise....tadadada celana pendek saya ada di laundrian semua. Mengingat minggu lalu saya sakit sehingga tidak mengantarkan laundryan hampir seminggu, jadi alhasil habislah pakaian saya di lemari. Lalu saya mengingat-ngingat lagi. Aha, celana pendek biru kesayangan saya ada di Kak Erti. Maka saya pun datang ke kosannya meminta celana saya. Tapi takdir kembali berkehendak lain. Celana saya yang itu, entah ada di mana. Hahahaha, tapi dia berjanji akan mencarinya. Dengan hati yang pupus saya pulang ke kosan. Ok, saya bertemu teman tetangga kamar kosan saya, dan langsung bertanya,"Mel, ada celana basket gak?"
"Ada tet, tapi udah sering memel pake tidur?" Jawab Memel yang terbiasa memanggil saya butet.
"Gak apa-apa mel. Yang penting ada seragam buat latian besok. Lagi niat latihan nih."
Maka, memel pun mengeluarkan celana yang dimaksud dan TADA...warnanya kuning. Hmm cukup mencolok. Tanpa pikir panjang saya mengambilnya dan mengucapkan terima kasih.
Esok di pagi hari yang cerah, saya terbangun dengan SMS dari kak Erti yang mengatakan "Selamat olah raga, jangan lupa pake celana." Helooo apa coba maksudnya. Hahahahaha
Pagi itu, Faithy pun datang ke kamar saya dan menyuruh saya cepat bersiap-siap. Saya langsung mengenakan baju hitam dan celana kuning itu. Spontan Faithy langsung tertawa dan berkata:
"In, sumpah celana lo mencolok abis. Mana ntar gue jalan bareng lo lagi. Semua mata tertuju ke lo. Pasti ke gue juga. Terus kita berdua sama-sama bego basket. Nah ntar waktu lo main, di pluitin lagi, terus di peringatin,'eh yang celana kuning, pelanggaran!' ahahahahah" Ejek Faithy
"Ahh lo Faith, mematikan karakter gue aja, gue gak punya celana lagi nih. Udah ntar gue bego main, malu-maluin, pake celana kuning, mencolok lagi.."
Dan kami pun menghabiskan waktu berdua dengan ramalan-ramalan konyol memalukan dengan celana kuning ini.
Kami berdua pun keluar dari kosan, masih dengan ketakutan dan keminderan kami untuk latihan. Kocaknya, di tengah musim UTS sekarang yang mengharuskan kami latihan basket, orang-orang yang melihat kami berpakaian olah raga pasti bertanya," Kalian mau ke mana? Gak ujian?"
Dan ternyata benar, ketika kami sedang di teras kosan sambil mengenakan sepatu, Mona teman kami lewat sepertinya habis membeli makanan dan ingin kembai ke kosan. Ia bingung melihat kostum kami, dan bingun juga melihat kami yang jarang mengenakan kostum ini. Ia lalu bertanya, "Kalian mau ke mana, gak ujian?"
Saya dan Faithy hanya membalasnya dengan nyengir kuda.
Yang ada di pikiran kami adalah, setiap orang yang meihat kami pasti berpikir, kami berdua sinting dan tidak tahu waktu. Orang lain sibuk dengan ujian, tapi kami berdua malah datang ke kampus dengan salah kostum dan dengan minat yang berbeda.
Selama perjalanan dari kosan ke gymnasium yang lokasinya di dalam kampus, kami bertmu dengan banyak orang yang mengerutkan kening. Entah itu sugesti yang kami cipatakan sendiri atau apa. Tapi kami yakini dan berpersepsi, mereka punya yang tidak kenal kami akan beranggapan:
1. mereka berdua bukan anak IPB dan numpang main ke Gym
2. mereka berdua adalah orang-orang sinting yang tidak memikirkan masa depan
3. mereka berdua adalah orang-orang yang terlalu santai dan menguatamakan olah raga.
4. Celana kuning yang saya kenakan sangat mencolok dan agak norak
sedangkan orang-orang yang mengenal kami dan berpapasan dengan kami di jalan, kami berpersepsi bahwa mereka akan mengatakan:
1. saya dan faithy adalah dua orang bego yang nekat ikut main basket. Sungguh memalukan
2. saya dan Faithy adalah orang-orang yang tidak pantas mengenakan pakaian olah raga
3. Celana kuning yang saya kenakan sangat mencolok dan agak norak
Oh,,tidak. Perjalan yang menguji mental. Saya semakin tidak PD mengenakan celana kuning ini. Rasanya, semua mata tertuju pada kami selama kami di perjalanan.
Yang saya ingat, ada dua orang wanita yang satu berpakian hitam dan hijau, yang kami temui di depan gang perwira (nama jalan kosan saya),merekalah yang memiliki tampang paling aneh ketika melihat kami.
Perjalanan panjang sambil mencari alasan menutup muka pun berakhir di depan gymnasium tercinta. Tempat kami tidak sengaja mempermalukan diri kami dengan kebodohan dalam bermain basket. Tapi ketika melihat jam, TADAA.. kami sudah telat setengah jam. Dan yang ada di dalam gymnasium itu rata-rata kakak-kakak tingakta angkatan 45 dan 44. Yang ada di pikran kami saat itu adalah:
1. Kami telat dan semua mata akan tertuju pada kami
2. Saat latihan nanti mereka beranggapan, sudah bego main basket telat lagi
3. Ini lagi, si celana kuning...bego amat main basket.
Oh,,,tidaaaaak...
Dan tahu apa yang kami berdua lakukan, duduk di trotoar jalan depan gymnasium dan memikirkan perjalan pulang secepat mungkin dengan selamat, dan menyiapkan alasan yang akurat untuk kapten tim supaya dia benar-benar bisa mengerti keadaan kami saat itu. Hehehehe.
Keputusan final, kami tidak masuk ke gym, dan berjalan pulang ke kosan, kembali melewati orang-orang yang tadi melirik kami dengan pandangan heran. Muka tebal-muka tebal.
DAN..kami bertemu lagi dengan dua orang wanita berpakaian hitam dan hijau di depan gang perwira. Entah mengapa saya malas bertemu dengan mereka. Dengan spontan saya berkata pada Faithy," Faith, itu dua orang cewek tadi, kita sembunyi aja yuk, ntar mereka tambah mikir yang aneh-aneh lagi tentang kita."
Saya dan Faithy pun masuk ke alah satu kosan yang gerbangnya tinggi dan tertutup, saat itu pagarnya terbuka. Kami pun bersembunyi di balik pagar itu. Sambil mengintip dua orang itu sudah lewat atau belum.
Sesaat saya menghadap ke arah rumah kosan itu, dan di salah satu pohon tertulis, "silahkan melihat ke atas, ada kamera CCTV."
Spontan saya langsung tertawa dan memberi tahu Faithy.
Kami berdua pun keluar dari kosan itu dan bertemu lagi dengan dua orang wanita berbaju hitam dan hijau. Arrrrrghhhhh benar-benar ujian mental di hari sumpah pemuda.
Ketika sampai di kosan, kami kembali duduk di teras dan melepas sepatu. Ujian mental ternyata tidak hanya berhenti di situ saja. Kami bertemu dengan Mona lagi yang keluar dari kosannya (sepertinya di mau berangkat ujian) dan tambah bingung bertemu dengan kami pada posisi yang sama seperti tadi.
"Kalian sebenarnya dari mana atau mau ke mana sih? Kok enggak ujian?"
ingin rasanya saya menjawab, "kami ujian di minggu kedua mon", tapi entah sugesti dari mana saya pun menjawab,"kami habis ujian mental, mon.."
Ok, ujian mental di hari sumpah pemuda. Seperti terlewati tapi gagal.