Menulis karena sedang belajar. Karena saya tidak bisa belajar tanpa menulis.

Minggu, 13 Desember 2015

Suatu malam, tengah malam, di tengah fokus saya dalam mengerjakan tesis, saya menghentikan pekerjaan saya sejenak karena mendengar lirik lagu yang tiba-tiba mengalun dari speaker. Saya biasanya menyalakan lagu secara random dari youtube untuk menemani ketenangan saya dalam bekerja. Malam itu, saya sengaja memutar playlist lagu natal. Yah, saat itu sudah masuk Bulan Desember dan saya sedang berusaha mencari suasana natal. Bulan yang selama saya hidup, selalu saya nantikan dengan bahagia. Desember yang penuh dengan acara natal, dekorasinya, kumpul kerluarga, ulang tahun Bapa saya, dan lain sebagainya. Namun, tahun ini Desember terasa campur aduk bagi saya, bingung harus bahagia atau panik. Di tengah deadline kelulusan, ketidakpastian waktu, ketidakpastian pertemuan dengan dosen pembimbing, tanggal-tanggal yang harus terpotong karena tanggal merah hingga awal tahun depan, dan lain sebagainya. Hingga akhirnya saya kehilangan suasana natal dari diri saya, saya kehilangan makna natal dari diri saya.

Pikiran saya penuh dengan kekhawatiran, ditambah dengan pikiran-pikiran saya yang terlalu realistis. Hingga saya mulai tersadar pada saat percakapan saya dengan Bapa saya di telpon. Beliau selalu memotivasi saya, mengajak saya untuk terus berdoa, dan berpengharapan pada Tuhan. Namun, saya masih mengelak dan berkata tidak mungkin, itu sulit, ini sulit, semua penuh dengan ketidakpastian. Sampai akhirnya Bapa saya mengucapkan, “Kau jangan seperti orang yang tidak punya iman..ingatlah kau punya Tuhan” Jleb!! Kena deh gw! Benar, kekhawatiran saya menutupi pengharapan saya. Desember yang sudah berjalan hampir setengah Bulan ini saya isi dengan kekhawatiran, ketakutan, dan pikiran akan deadline. Ruang untuk “Dia” yang sebenarnya memberikan pengharapan itu nyaris tidak ada.

Kembali pada lagu yang mengalun di tengah malam. Mungkin pertama kali saya mendengar lagu itu, namun lagu itu benar-benar menjadi refleksi bagi saya. Lagu itu berjudul “Do You Have Room (for The Saviour). Awal lagu ini menceritakan mengenai perjalanan Maria dan Yusuf yang kesulitan mencari ruang untuk penginapan (Yeah, teman-teman pasti mengetahui cerita fakta ini sejak sekolah minggu).

“and she brought forth her firstborn Son, and wrapped Him in Swadding cloths, and laid Him in a manger, because there was not any room for them in the inn” (Luke 2:7 New King James Version).

Tak ada satupun yang menyediakan ruang untuk Dia malam itu. Mungkin ketika kita merenungkan cerita itu, kita berpikir, “kok tega ya orang-orang pada saat itu? Ada yang mau melahirkan, tapi ga disedian ruangan?” Kita mungkin akan berpikir sesubjektif itu. Sangat ironi, Ia datang menyelamatkan umat manusia, namun pada saat malam ia lahir, justru tidak ada ruangan untuknya.


Tapi sadarkah kita (saya), apakah saya sudah menyediakan ruangan khusus untuk Dia di dalam hati saya, terkhusus menjelang natal tahun ini? Dalam kasus saya, “ruangan” saya justru penuh dengan target-target pekerjaan yang ada di depan mata saya, penuh dengan kekhawatiran, dan lupa menyediakan “ruangan” untuk Dia yang sudah menyerahkan hidupnya dan mati karena saya. Terkadang saya bahkan terlalu asik bekerja, hingga tidak sadar waktu sudah pukul 00.00, dan saya belum meluangkan waktu untuk menyapaNya. Saya punya waktu banyak untuk membuka sosmed, tapi saya melupakan untuk menyediakan waktu bersosialisasi dengan Dia. Apakah saya benar-benar sudah mempersiapkan hati saya secara utuh untuk natal tahun ini? Apakah saya sudah mengisi hati saya dengan iman dan pengharapan?

Bagian akhir refrain lagi ini menyebutkan “Would you have come that night? Would you have sought the light? Do you have room?” Apakah saya sesungguhnya sudah mencari Tuhan? Apakah saya sudah mempersiapkan hati saya untuk Tuhan? (Kena lagi deh gw!).

Each of us is an innkeeper who decides if there is room for Jesus (Neal A. Maxwell).
Selamat minggu ketiga advent, mari kita terus persiapkan hati kita, menyambut hari kelahiranNya.

Do you Have Room (For The Savior)

They journeyed far, a weary pair;
They sought for shelter from the cold night air.
Some place where she could lay her head,
Where she could give her Babe a quiet bed.

Was there no room? No corner there?
In all the town a spot someone could spare?
Was there no soul come to their aid?
A stable bare was where the family stayed.

Do you have room for the Savior? And do you seek Him anew?
Have you a place for the One who lived and died for you?
Are you as humble as a shepherd boy, or as wise as men of old?
Would you have come that night? Would you have sought the light?
Do you have room?

A star arose, a wondrous light,
A sign from God  this was the holy night,
And yet so few would go to see
The Babe who came to rescue you and me.

This Child divine is now a King.
The gift of life to all the world He brings,
And all mankind He saves from doom,
But on that night, for Him, there was no room.

Do you have room for the Savior? And do you seek Him anew?
Have you a place for the One who lived and died for you?
Are you as humble as a shepherd boy, or as wise as men of old?
Would you have come that night? Would you have sought the light?
Do you have room?

Will you come tonight? Will you seek the light?

Do you have room?


*foto dokumentasi pribadi, Natal CIVA IPB 2012 (nostalgia pada saat jadi panitia)

2 komentar :

  1. Saya sangat diberkati dengan tulisan ini, thanks ka iin. Nulis terus ya ka :D

    BalasHapus
  2. Kamu super sekali Indah.. penuh inspiratif.
    Tulisannya bisa di publish nih buat buku renungan menjelang natal.
    Mari kita sama-sama belajar untuk menyediakan ruang buat kelahiran Tuhan Yesus dalam hati kita.
    Sukses juga yah buat tesisnya. Kamu pasti bisa lulus pada waktunya! Jangan khawatir! Do the best and God will do the rest!
    Semangat !!!
    God Bless you :)

    BalasHapus

Mengenai Saya

Foto saya
Seorang ambievert -- Bercita-cita dapat mengunjungi 35 Provinsi di Indonesia --Belajar menjadi environmentalist tapi masih sulit untuk hemat energi (namanya juga tahap belajar) -- Sarjana Ekonomi namun tidak begitu paham khatam ekonomi -- penggila senja dan pengagum langit biru -- sangat menyukai perjalanan darat -- tak pernah berhenti kagum atas karya Pencipta alam yang ada di bumi -- Environmental Science, University of Indonesia 2014 (Master degree) -- Resource and Environmental Economics, Bogor Agricultural University 2009-2013 (Bachelor Degree) -- SMAN 5 Bengkulu -- Christian -- I just wanna be a good Indonesian

Popular Posts