Menulis karena sedang belajar. Karena saya tidak bisa belajar tanpa menulis.

hidup untuk belajar

belajar untuk hidup

maka hiduplah menjadi manusia

Selasa, 21 Desember 2010


Note kali ini khusus saya dedikasikan untuk ayah saya tercinta..(terharu gak sih? Terharu lho..hahhaa)

Banyak alasannya, itulah mengapa aku sangat mengagumi sosok ayah.
Bagiku, Ayah memang sudah direncanakan Tuhan untuk menjadi sosok yang tegar dan kuat. Aku yakin bukan hanya aku saja yang berpendapat seperti itu, tapi banyak orang.
Bagiku, ia sosok yang kuat karena seumur hidup aku sama sekali belum pernah melihat ia menangis kecuali ketika aku iseng mencabut rambut kumisnya. Yah, aku tahu itu sangat sakit dan tanpa sengaja ia mengeluarkan air matanya.
 Sosok yang apa adanya. Benar-benar sederhana, menyatakan apa adanya kepada semua orang. Selagi ia bisa membantu orang lain ia tidak akan menolak permintaan tolong.
Ia mengajarkan aku Firman Tuhan dan selalu mengontrol dan menanyakan ap saja yang menjadi kegiatanku. Karena aku tahu, ia tidak akan lepas tangan. Tanpa dia, aku sekarang tidak akan pernah mengenal siapa Tuhanku sebenarnya.
Waktu aku masih sekolah, ia yang membangunkan aku tidur ketika ia tahu aku pasti akan kesiangan berangkat ke sekolah ketika ibuku sudah mulai jenuh dan bosan membangunkan aku yang tidur seperti mayat.
Ia menyapa aku ketika aku keluar kamar dengan lembut, dan yang aku sesali dengan diriku sendiri aku terkadang memiliki gengsi yang tinggi untuk membalas selembut sapaan ayahku, padahal sebenarnya aku ingin membalas lebih lembut lagi. Hingga susatu saat mungkin dari hati kecilnya ia ingin aku menjawab dengan lembut juga, dan ia berkata, “masa sapaan bapa gak bisa dijawab dengan lembut juga sih..” wajahnya sedikit kecewa. Maaf pa.
Ia yang menyuapiku makan ketika aku SD sebelum aku berangkat sekolah, atau lebih tepatnya sebelum mobil antar jemput sekolahku membunyikan klakson berulang kali dari depan tumah, karena makanku yang luar biasa lama saat itu.
Ia yang menjagai aku belajar mengendarai sepeda saat masih kecil. Ia memberi aku kepercayaan bisa belajar sendiri dan ia hanya cukup memantauku dan langsung menolong aku kalau jatuh.
Ia yang selalu memotivasi aku untuk belajar bermain musik, tapi aku selalu ogah-ogahan dan aku menyesalinya sekarang. Dan  ia memarahiku ketika aku malas belajar.
Ketika SMA, ia memanasi motor yang akan aku bawa ke sekolah jika aku tidak sempat karena kesiangan dan membukakan pintu pagar untukku. Dan ketika ia merasa aku terbuai dengan perlakuan yang ia berikan, karena ian tahu itu tidak bagus dilakuakn terus-menerus, kurang menididik dan membuat aku manja, ia langsung menegur atau bahkan memarahiku dan menyarankanku untuk jangan keterusan.
Ia yang selalu mengantar aku ke dokter jika aku sakit, dan memberikan bahunya untuk aku bersandar jika kepala dan badanku sudah benar-benar sakit dan aku tidak kuat menopangnya sendiri. Hingga aku terpakasa harus di opname di rumah sakit, ia menggantikan ibuku yang harus mengajar dan tidak bisa menjagaku untuk sementara.
Ia yang mengantarkanku ke sekolah jika hujan turun dengan deras sehingga tidak memungkinkan aku untuk berangkat sendiri.
Ketika aku melakukan sesuatu dan aku merengek-rengek serta mengeluh karena tidak berhasil mengerjakannya, ia kembali menegurku untuk tidak manja. Ia mengajarkan aku untuk mencoba segala sesuatu sendiri terlebih dahulu, jangan langsung mengandalkan bantuan orang lain.
Aku ingat ketika aku terlambat pulang dan tidak memberitakan sebelumnya ia marah. Dan kejadian itu terjadi berkali-kali. Yah, ntah mengapa aku betah melakukan kesalahan itu. Hingga suatu saatia marah begitu besar. Saat jiwa labilku masih berkuasa, aku tidak pernah mendengar omelannya. Hingga aku sadar, betapa ia sangat mengkhawatikan aku jika aku tidak ada kabar.
Ia yang selalu menuggu di teras rumah, jika aku harus pulang persekutuan pemuda atau les hingga malam hari.
Kami menjadi satu tim ketika bermain ledek-ledekan dengan ibuku. Dia selalu berharap aku bisa memasak, dan ketika aku benar-benar memasakkan makanan untuknya, apapun rasanya ia selalu memuji.
Ia selalu meminta aku membuat kopi di sore hari ketika habis pulang bekerja. Dan ketika aku ogah-ogahan, dia langsung berkata menyadarkanku, “masa cuma bikin kopi untuk bapa aja malas.”
Ia selalu meyakinkan aku untuk tidak khawatir, lakukan saja yang perlu aku lakukan, tidak perlu mengkhawatirkan dirinya. Ia selalu mengatakan, “tenang, semuanya tidak apa-apa,” ketika tangannya patah karena suatu kecelakaan.
Ia yang langsung memelukku dengan bahagia ketika mendengar aku diterima di suatu perguruan tinggi negeri. Dan ketika aku harus berangkat keluar kota untuk kuliah, ia memelukku. Ia tidak berkata apa-apa, karena aku yakin ia memberika kepercayaan padaku bahwa aku bisa menjaga diri dn bisa melakukan segala sesuatu dengan mandiri. Sinar matanya memancarkan harapan-harapan untukku.
Ia yang menyapaku di telepon dengan lembut, dan aku bahagia aku juga bisa membalas menyapanya dengan lembut. Ia selalu memotivasiku untuk tetap meningkatkan nilai, dan jangan pernah lepas dari persekuutuan.
Aku banyak belajar dari dirinya. Dan yang aku suka darinya, ia member kepercayaan padaku. Dan aku akan sedih ketika harus kehilangan kepercayaan darinya. Karena aku begitu mencintainya.
Selamat ulang tahun yang ke 56 bapa..
Tuhan selalu menyertai..

Sedikit tambahan..
Mungkin beberapa orang jika ditanya, “mana yang paling kamu sayang ayah atau ibu?”
Ada di antara mereka yang dengan pasti menjawab, “mama..” atau “tentu ibuku..” Tapi ada juga yang menjawab “aku lebih sayang papa..”, atau “aku dekat dengan ayahku..” Tentu saja mereka menjawab seperti itu karena mempunyai alasan-alasan tersendiri yang orang lain dari luar tidak bisa mengganggu gugatnya.
Tapi, ketika pertanyaan itu ditujukan kepadaku, maka aku akan menjawab, “ayah dan ibu.”
 Apabila pertanyaan itu memaksaku untuk benar-benar memilih satu saja, maka aku akan tetap menjawab, ”mereka berdua.” Dan jika pertanyaan itu masih menagih aku untuk tetap memilih salah satu dari mereka, aku akan memilih tersenyum dan menjawab, “bagiku mereka berdua itu satu dan jangan memaksakan aku untuk memisahkan mereka.”
Bagiku, ayah dan ibuku adalah satu. Yah, mereka sudah dipersatukan Tuhan melalui pernikahan yang suci dan tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Ketika aku menyatakan aku sayang ayahku berarti secara tidak langsung aku menyanyangi ibuku, dan ketika aku berkata aku sayang ibuku itu juga berarti secara tidak langsung aku juga berkata aku sayang ayahku.
22 Desember 2010
Tepat hari ulang tahun ayahku..
Tepat juga di hari ibu

Kamis, 28 Oktober 2010

Selamat hari sumpah pemuda teman-teman.
Tapi di posting saya kali ini, saya tidak akan mengulas habis pemikiran saya tentang sumpah pemuda, berhubung pikiran saya sedang tidak kritis dan dipenuhi pertanyaan bagaimana saya melewati UTS yang bertumpuk di minggu depan.

Kalau sekarang di kampus saya hampir semua orang sedang sibuk memikirkan bagaimana mengerjakan soal UTS, saya pada hari sumpah pemuda ini malah memikirkan bagaimana melewati ujian mental yang sebenarnya saya sendri yang membuat soal ujian mental itu secara tidak sengaja (baca: karena ketololan alamiah). Ok, untuk lebih jelasnya mari kita merefresh kebodohan yang saya lakukan sekitar sebulan yang lalu.

Sudah disinggung oleh beberapa kakak-kakak senior bahwa nanti di bulan November akan diadakan ajang sportifitas mahasiswa Fakulkas Ekonomi dan Manajemen. Setiap angkatan dari semua departemen wajib mengirimkan kontingen mereka untuk mewakili kelas dalam beberapa perlombaan cabang olah raga. Hingga saat kuliah Pengantar Kompuasi yang sangat menyuntukkan bagi saya, datanglah angket pendaftaran kontingen kelas yang nanti akan dijadikan wakil untuk beberapa perlombaan olah raga.

Setelah mengingat-ngingat, sudah lama sekali saya tidak mengaktifkan diri di beberapa organisasi ataupun kegiatan selama saya berstatuskan mahasiswa. Mungkin kali ini saya akan mencoba mengikuti kegiatan yang bersifat olah raga. Sambil berfikir sejenak, dulu waktu saya SMP dan SMA, saya sangat tidak menyukai pelajaran olah raga. Karena menurut saya, olah raga itu bakat, tidak bisa dipaksakan. Kebugaran jasmani tiap orang itu berbeda. Jadi menurut saya sangat tidak adil ketika guru olah raga mengharuskan pengambilan nilai olah raga seperti lari, atletik, basket, atau voli. Karena tidak semua orang bisa itu. Salah satunya saya.

Yah, kalo misalnya saya disuruh memilih olah raga apa yang paling saya benci, saya langsung spontan mengatakan saya paling benci olah raga LARI. Entah karena apa, tapi memang saya selalu peringkat dua terakhir atau tiga terakhir dari kelas jika ada pengambilan nilai lari. (Untungnya tidak paling terakhir). Dan kejadian memalukan waktu SMP adalah, saya benar-benar teler ketika pengambilan olah raga lari sekitar 2km (semakin sedikit waktu yang di tempuh, semakin tinggi nilainya, persyaratan yang membuat saya muak). Yang ada di pikiran saya waktu itu adalah, saya ingin pingsan, tapi tidak bisa. Ingin pura-pura pingsan, tapi tidak ada pengalaman pingsan sama sekali seumur hidup, jadi tidak pernah tahu rasanya pingsan itu seperti apa. It's ok, akhirnya nilai pun rendah, dan saya hanya berpredikatkan teler. Hohohoh hal ini menjadi bahan tertawaan saya dan teman-teman saya jika mengingat masa bodoh SMP.

Kebencian olah raga lari saya akhirnya merambat ke salah satu cabang olah raga permainan yang memang menuntut pemainnya harus lari yaitu olah raga bola basket. Yang saya tahu, jika giliran pelajaran olah raga basket, dan saya masuk ke salah satu tim, saya sekali pun tidak pernah dapat mendribel, shooting atau lain-lain (saya tidak hapal dan tidak mau tahu istilah-istilahnnya),bahkan saya nyaris tidak pernah menyentuh bola sekali pun. Yang saya lakukan di lapangan hanyalah lari bolak-balik mengikuti arah pemain lain yang sibuk berebutan bola. (Silahkan memikirkan bagaimana para remaja wanita bermain bola basket, saya yakin kalian memahaminya). Ketimbang basket, saya lebih menyukai voli yang tidak mewajibkan pemainnya untuk berlari mengejar bola. Alasan yang masuk akal bukan?

Beranjak kuliah, saya merasa bersyukur karena tidak bertemu lagi dengan pelajaran olah raga. Tapi saudara-saudara, ketahuilah pemikiran rasa syukur saya ternyata meleset jauh. Takdir sepertinya tertawa terbahak-bahak melihat saya hanya melongo karena kaget bahwa saya masih berhadapan dengan mata kuliah olah raga di semester dua. Dan yang paling menyakitkan, mata kuliah ini hanya 1 SKS, tapi energi yang dikuras, naujubileeee...luar biasa, setara dengan mata kuliah 6 SKS. Luar biasa kan? Hahahahaha.

Tapi entah mengapa, ketika mengikuti mata kuliah ini saya merasa kemampuan lari saya ada sedikit kemajuan. Dulu waktu saya SMP atau SMA, jika pengambilan lari multi level atau blip test, saya tidak pernah beranjak dari level 3, baik dalam keadaan tidak mood lari atau bahkan sambil mengemut gula merah, level saya masih saja di tiga. TIDAK ADA PENINGKATAN. Tapi keajaiban terjadi, kemampuan berlari saya meningkat, dan terbukti blip test saya naik menjadi level 5,5. Saya sendiri bingung. Setelah berfikir sejenak, ini mungkin disebabkan karena faktor lingkungan dan habitual. Yah, faktor lingkungan IPB yang jarak dari tiap fakultas dan ruang kuliah harus melewati bukit, gunung, lembah, naik tangga lima lantai, turun 4 lantai (mungkin saya adalah pengikut setia saran jalan seribu langkan Indi Barends), dan faktor habitual saya yang selalu telat bangun dan mengharuskan saya jalan cepat dan berlari sekencang mungkin dari asrama (pada tingkat satu saya tinggal di asrama). Jadilah kemampuan lari saya mengalami kemajuan. Ahoooy!!! Terima kasih untuk lingkungan IPB dan habitual telat bangun saya. (berharap mereka menjawab iya sama-sama).

Ok ,sekilas tentang perjalan hidup saya dengan olah raga, kembali ke ruang kelas mata kuliah pengantar komputsi yang sangat menyuntukkan. Angket kontingen itu sekarang ada di tangan saya. Di sana di beri pilihan, tiap orang dipersilahkan mengikuti maksimal empat cabang olah raga. Pada saat itu saya duduk di dekat dua orang teman saya, Faithy dan Kristin.

"Eh,,mau ikutan ini gak?" Saya bertanya pada mereka.
"Gue mau sih..kayaknya gue ngambil basket aja." Kata Kristin. Hoho, yah saya akui, dulu waktu tingkat satu dia sudah pernah mewakili kelasnya untuk ajang olah raga TPB dalam cabang bola basket juga. Kesimpulan, dia ada pengalaman di cabang itu.
"Lo faith?" Saya bertanya pada Faithy.
"Gue sih panitia in, tapi gue pengen sih. Ntar gue sms kakaknya dulu." Beberapa saat kemudian, Faithy pun memutuskan untuk ikut cabang basket.
"Lo in, ikut apaan?" Tanya mereka.
"Bingung gue, gue kagak bisa olah raga. Tampang doank mah gue kayak preman.." Tapi terbersit di pikiran gue untuk ikut basket. Hahaha, lumayan buat nambah penagalaman. Toh juga ujung-ujungnya dijadikan pemain cadangan, jadi tidak perlu malu ketahuan tidak main bola basket.
"Gue pengen basket sih, tapi gue bego man! Kagak tahu apa-apa.." ujar saya.
"Lo pikir gue bisa, ayo in..lo ada temen bego deh..gue.." Faithy memohon.
"Udah sih, ikut-ikut aja, ntar juga belajar." Kata Kristin.
"Ok, gue ikut basket dan voli," keputusan sok bijak saya, mengingat saya punya teman sesama bego yaitu Faithy.

Keputusan itu, membuat nama kami terdaftar di kontingen basket ESL 46. Kocak, seorang saya menjadi kontingen. Kalo teman-teman SMA saya mengtahuinya, mereka pasti mengerutkan kening dan tertawa terpingkal-pingkal. Setelah melihat fakta bahwa kontingen ESL 46 hanya berjumlah 8 orang, dan jika saya dan Faihty tiba-tiba mengundurkan diri karena merasa minder akan kebodohan kami berarti kontingen tinggal 6. Hal itu tidak akan dizinkan terjadi oleh kapten tim. Dengan kata lain, kami sudah terikat di jeratan malapetaka. TIDAAK. Dan fakta lain membuktikaN, hanya saya dan Faithy yang tidak punya pengalaman apa-apa sama sekali, sedangkan yang lain sangat expert dan cukup exellent. Bagaimana kami tidak tambah minder? Huaaaaahhhh!!!

Waktu berjalan, dan latihan pun dijalakan. Tapi ternyata saya juga tidak mengikuti semua latihan, entah itu karena saya sakit, atau memang tabrakan jadwal. Tapi pengalaman pertama saat saya latihan adalah, banyak hal-hal bodoh yang saya lakukan. Apalagi itu latihan bersama kakak-kakak tingkat yang memang sudah jago. Jangankan pertandingaan, mau datang latihan saja saya sudah minder. Dan tahu, doa saya kepada Tuhan ketika memutuskan ikut latihan adalah, "Tuhan, semoga saya nanti tidak malu-maluin." Doa yang luar biasa. Hahahaha

Hingga hari ini, hari ujian mental saya dan teman saya Faithy. Ketika mendapatkan jarkom latihan bareng bersama angkatan 45 dan 44 jam 9 pagi, saya terpaksa memutuskan untuk ikut. Dan tahu, say ingin ikut dengan motivasi apa? Karena saya takut dan enggak enak dengan kapten tim saya. Sudah berapa kali dia mengajak latihan tetapi saya bolos. hehehee.

Ok, di mulai di malam sebelumnya, saya melihat lemari saya. Dan surprise....tadadada celana pendek saya ada di laundrian semua. Mengingat minggu lalu saya sakit sehingga tidak mengantarkan laundryan hampir seminggu, jadi alhasil habislah pakaian saya di lemari. Lalu saya mengingat-ngingat lagi. Aha, celana pendek biru kesayangan saya ada di Kak Erti. Maka saya pun datang ke kosannya meminta celana saya. Tapi takdir kembali berkehendak lain. Celana saya yang itu, entah ada di mana. Hahahaha, tapi dia berjanji akan mencarinya. Dengan hati yang pupus saya pulang ke kosan. Ok, saya bertemu teman tetangga kamar kosan saya, dan langsung bertanya,"Mel, ada celana basket gak?"
"Ada tet, tapi udah sering memel pake tidur?" Jawab Memel yang terbiasa memanggil saya butet.
"Gak apa-apa mel. Yang penting ada seragam buat latian besok. Lagi niat latihan nih."
Maka, memel pun mengeluarkan celana yang dimaksud dan TADA...warnanya kuning. Hmm cukup mencolok. Tanpa pikir panjang saya mengambilnya dan mengucapkan terima kasih.

Esok di pagi hari yang cerah, saya terbangun dengan SMS dari kak Erti yang mengatakan "Selamat olah raga, jangan lupa pake celana." Helooo apa coba maksudnya. Hahahahaha

Pagi itu, Faithy pun datang ke kamar saya dan menyuruh saya cepat bersiap-siap. Saya langsung mengenakan baju hitam dan celana kuning itu. Spontan Faithy langsung tertawa dan berkata:
"In, sumpah celana lo mencolok abis. Mana ntar gue jalan bareng lo lagi. Semua mata tertuju ke lo. Pasti ke gue juga. Terus kita berdua sama-sama bego basket. Nah ntar waktu lo main, di pluitin lagi, terus di peringatin,'eh yang celana kuning, pelanggaran!' ahahahahah" Ejek Faithy

"Ahh lo Faith, mematikan karakter gue aja, gue gak punya celana lagi nih. Udah ntar gue bego main, malu-maluin, pake celana kuning, mencolok lagi.."
Dan kami pun menghabiskan waktu berdua dengan ramalan-ramalan konyol memalukan dengan celana kuning ini.

Kami berdua pun keluar dari kosan, masih dengan ketakutan dan keminderan kami untuk latihan. Kocaknya, di tengah musim UTS sekarang yang mengharuskan kami latihan basket, orang-orang yang melihat kami berpakaian olah raga pasti bertanya," Kalian mau ke mana? Gak ujian?"

Dan ternyata benar, ketika kami sedang di teras kosan sambil mengenakan sepatu, Mona teman kami lewat sepertinya habis membeli makanan dan ingin kembai ke kosan. Ia bingung melihat kostum kami, dan bingun juga melihat kami yang jarang mengenakan kostum ini. Ia lalu bertanya, "Kalian mau ke mana, gak ujian?"
Saya dan Faithy hanya membalasnya dengan nyengir kuda.

Yang ada di pikiran kami adalah, setiap orang yang meihat kami pasti berpikir, kami berdua sinting dan tidak tahu waktu. Orang lain sibuk dengan ujian, tapi kami berdua malah datang ke kampus dengan salah kostum dan dengan minat yang berbeda.

Selama perjalanan dari kosan ke gymnasium yang lokasinya di dalam kampus, kami bertmu dengan banyak orang yang mengerutkan kening. Entah itu sugesti yang kami cipatakan sendiri atau apa. Tapi kami yakini dan berpersepsi, mereka punya yang tidak kenal kami akan beranggapan:
1. mereka berdua bukan anak IPB dan numpang main ke Gym
2. mereka berdua adalah orang-orang sinting yang tidak memikirkan masa depan
3. mereka berdua adalah orang-orang yang terlalu santai dan menguatamakan olah raga.
4. Celana kuning yang saya kenakan sangat mencolok dan agak norak

sedangkan orang-orang yang mengenal kami dan berpapasan dengan kami di jalan, kami berpersepsi bahwa mereka akan mengatakan:
1. saya dan faithy adalah dua orang bego yang nekat ikut main basket. Sungguh memalukan
2. saya dan Faithy adalah orang-orang yang tidak pantas mengenakan pakaian olah raga
3. Celana kuning yang saya kenakan sangat mencolok dan agak norak

Oh,,tidak. Perjalan yang menguji mental. Saya semakin tidak PD mengenakan celana kuning ini. Rasanya, semua mata tertuju pada kami selama kami di perjalanan.
Yang saya ingat, ada dua orang wanita yang satu berpakian hitam dan hijau, yang kami temui di depan gang perwira (nama jalan kosan saya),merekalah yang memiliki tampang paling aneh ketika melihat kami.

Perjalanan panjang sambil mencari alasan menutup muka pun berakhir di depan gymnasium tercinta. Tempat kami tidak sengaja mempermalukan diri kami dengan kebodohan dalam bermain basket. Tapi ketika melihat jam, TADAA.. kami sudah telat setengah jam. Dan yang ada di dalam gymnasium itu rata-rata kakak-kakak tingakta angkatan 45 dan 44. Yang ada di pikran kami saat itu adalah:
1. Kami telat dan semua mata akan tertuju pada kami
2. Saat latihan nanti mereka beranggapan, sudah bego main basket telat lagi
3. Ini lagi, si celana kuning...bego amat main basket.
Oh,,,tidaaaaak...

Dan tahu apa yang kami berdua lakukan, duduk di trotoar jalan depan gymnasium dan memikirkan perjalan pulang secepat mungkin dengan selamat, dan menyiapkan alasan yang akurat untuk kapten tim supaya dia benar-benar bisa mengerti keadaan kami saat itu. Hehehehe.

Keputusan final, kami tidak masuk ke gym, dan berjalan pulang ke kosan, kembali melewati orang-orang yang tadi melirik kami dengan pandangan heran. Muka tebal-muka tebal.

DAN..kami bertemu lagi dengan dua orang wanita berpakaian hitam dan hijau di depan gang perwira. Entah mengapa saya malas bertemu dengan mereka. Dengan spontan saya berkata pada Faithy," Faith, itu dua orang cewek tadi, kita sembunyi aja yuk, ntar mereka tambah mikir yang aneh-aneh lagi tentang kita."
Saya dan Faithy pun masuk ke alah satu kosan yang gerbangnya tinggi dan tertutup, saat itu pagarnya terbuka. Kami pun bersembunyi di balik pagar itu. Sambil mengintip dua orang itu sudah lewat atau belum.

Sesaat saya menghadap ke arah rumah kosan itu, dan di salah satu pohon tertulis, "silahkan melihat ke atas, ada kamera CCTV."
Spontan saya langsung tertawa dan memberi tahu Faithy.
Kami berdua pun keluar dari kosan itu dan bertemu lagi dengan dua orang wanita berbaju hitam dan hijau. Arrrrrghhhhh benar-benar ujian mental di hari sumpah pemuda.

Ketika sampai di kosan, kami kembali duduk di teras dan melepas sepatu. Ujian mental ternyata tidak hanya berhenti di situ saja. Kami bertemu dengan Mona lagi yang keluar dari kosannya (sepertinya di mau berangkat ujian) dan tambah bingung bertemu dengan kami pada posisi yang sama seperti tadi.
"Kalian sebenarnya dari mana atau mau ke mana sih? Kok enggak ujian?"
ingin rasanya saya menjawab, "kami ujian di minggu kedua mon", tapi entah sugesti dari mana saya pun menjawab,"kami habis ujian mental, mon.."
Ok, ujian mental di hari sumpah pemuda. Seperti terlewati tapi gagal.

Hampir setiap tulisan pasti saya awali dengan kata-kata “sudah lama saya tidak menulis.” Kali ini saya juga mengawali tulisan ini dengan kata-kata “yah..sudah lama saya tidak menulis.” Bukan karena apa-apa tapi memang karena saya pemalas. Ok, kembali ke tulisan yang sebanrnya.
Judul yang terlalu berat saya pilih untuk tulisan yang sangat sederhana. Hanya sebuah ulasan cerita mengapa saya berdiri di tempat ini sekarang. Maksud kata berdiri di sini bukan berdiri dalam keadaan tubuh tegak seperti upacara bendera (berhubung posisi saya sekarang sedang duduk di kamar kosan dan berhadapan dengan laptop), tetapi mengapa saya bisa ada di tempat saya berada sekarang dengan berstatuskan mahasiswa ekonomi.
Kalo soal cita-cita, dari kecil entah mengapa saya sangat tertarik sekali menjawab pertanyaan dengan kata-kata “jadi arsitek” jika ada yang menanyakan “mau jadi apa nanti?” Saya sangat suka menggambar. Yah, walaupun tidak sebagus gambar Picasso ataupun gambar teman-teman saya memang berbakat. Tapi setidaknya orang tidak langsung mengerutkan keningnya ketika melihat gambar anak anjing yang saya buat dan tidak mengira itu malah tikus sedang sekarat.
Hingga SMP sampai SMA, saya masih mengantungi keyakinan bahwa saya akan menjadi arsitek. Cita-cita menjadi arsitek tidak membatasi keinginan saya agar membuat plan B untuk ke depannya jika plan A tidak tercapai. Maka dari itu, dunia komunikasi menarik perhatian saya untuk dinominasikan ke dalam plan B. SMA adalah penentunya. Saya tak tahu, yang salah ada di saya yang terlalu meremehkannya atau jalan saya memang bukan di plan A atau plan B yang sudah saya buat.
Di mulai dari penjurusan ilmu alam atau ilmu sosial ketika naik ke kelas XI. Tersugesti dari keinginan orang tua saya yang ingin saya berada di ilmu alam, karena menurut mereka ilmu alam lebih baik dari pada ilmu sosial dan ilmu alam bisa masuk ke semua bidang. Saya pun menuruti keinginan mereka. Tapi perlu diketahui, saya tidak pernah manyatakan pada wali kelas saya ketika kelas X ataupun kepada guru BP saya, bahwa saya bersikeras ingin masuk ke jurusan ilmu alam. Hingga pembagian rapor semester dua kelas X di situ tercantum saya masuk ke jurusan ilmu alam. Sepertinya karena nilai saya yang tidak terlalu excellent memang mencukupi untuk masuk ke ilmu alam.
Yang saya ingat ketika hari pembagian rapor itu adalah cukup banyak teman-teman saya yang menangis ingin masuk ke jurusan ilmu alam, sedangkan di rapor mereka tercantum bahwa mereka harus masuk ke ilmu sosial. Beberapa di antara mereka ada yang akhirnya pasrah dan ada yang masih bersikeras harus sesuai dengan keinginan mereka.  Mereka yang masih kekeuh pun memanggil orang tuanya untuk memohon ke wali kelas atau ke sekolah. Tetapi di antara banyak anak-anak yang benar-benar berminat masuk ilmu alam, ada juga anak-anak yang memang sudah berminat masuk ke ilmu sosial. Padahal jika di lihat, nilai mereka juga cukup untuk masuk ke ilmu alam. Beberapa hari setelah hari itu, saya mendapat info mereka yang benar-benar ingin masuk ilmu alam, tetapi di rapor tercantum harus masuk ilmu sosial sudah mendapatkan kursi di kelas jurusan ilmu alam.
Selang waktu kemudian, mengingat kejadian pemilihan jurusan, saya pun mengambil kesimpulan bahwa banyak sekali orang-orang yang mendewakan jurusan ilmu alam. Baik itu sekolah saya, sebagian besar teman saya, dan keluarga saya. Dan saya? Yah, saat itu saya di bawah pengaruh orang tua saya, saya juga ikut mendewakan jurusan ilmu alam. Betapa sangat hebatnya orang jika masuk ke dunia ilmu alam. Seperti mengikuti jejak Albert Einstein.
Menurut saya, sekolah saya juga pada saat itu sepertinya lebih mengutamakan kelas-kelas jurusan ilmu alam dari pada kelas ilmu sosial. Seolah-olah kelas ilmu sosial didiskriminasikan karena rata-rata anak-anak yang ada di dalamnya “agak berbeda”. Tapi perlu di ketahui, tanpa anak-anak yang “agak berbeda” seperti mereka, tidak akan ada kenakalan masa SMA yang menjadi kocak dan sangat lucu jika diingat.
Kembali ke saya yang sudah mendapatkan kursi di kelas ilmu alam. Pada kelas XI, itu adalah masa berjayanya putih abu-abu. Bisa dikatakan, dalam waktu setahun itu adalah periode keaktifan dan kenakalan saya. Saya mulai ikut banyak kegiatan, seperti organisasi dan kepanitiaan. Pemikiran “masa SMA itu indah dan nikmatilah” membuat saya tidak menyeimbangkan waktu bermain dan belajar. Seolah saya lupa bahwa baju putih abu-abu yang selalu saya gunakan tiap senin sampai kamis adalah tanda bahwa saya adalah pelajar. Dan hasilnya cukup mengejutkan, saya yang dulu kelas X berhasil memasuki peringkat 3 besar di kelas, langsung merosot ke peringkat 25.
Dan tahu apa yang saya rasakan ketika saya mendapatkan peringkat 25? Saya malah menikmatinya. Saya sedih, tapi langsung tertutupi dengan persepsi “masa hidup di atas-atas mulu..” ini SMA, nikmatilah! Ketika orang tua saya meminta pertanggung jawaban peringkat saya, dengan santai saya menjawab karena saya ketinggalan pelajaran selama sakit. Memang saat semester ganjil kelas XI saya sempat sakit dua minggu lebih dan bahkan harus diopname di rumah sakit.
Dan ternyata saudara-saudara, semester genap juga tidak terjadi perubahan yang dratis. Peringkat saya hanya naik empat tangga dari posisi semula, alias peringkat ke 21. Hahahhaa betapa bodohnya saya saat itu. Faktanya, saya bersikap santai saja, dan menikmati semuanya. Tapi satu hal yang perlu diketahui, saya tidak pernah menyalahkan kesibukan saya di kelas XI ataupun kenakalan saya. Namun, ada banyak pelajaran dan keuntungan yang sulit didefinisikan yang saya dapat dari situ.
Hingga naik ke kelas XII. Masa-masa kritis. Penentu. Tapi yang saya nikmati di masa ini, permainan kenakalan SMA tetap selalu menghiasi. Tapi saya sudah mulai mengontrol keseriusan. Berbagai bimbingan belajar hingga les privat saya ikuti. Dan saya pun mendapat tantangan istimewa dari orang tua saya, keputusan saya adalah menerimanya. Berbagai pilihan jurusan dan bermacam-macam perguruan tinggi negeri maupun swasta memperbanyak pilihan.
Kembali mengingat plan A dan plan B yang saya buat, saya meyakinkan diri saya. Setiap rencana yang saya buat tidak berjalan seperti yang saya inginkan begitu saja. Orang tua saya sangat ingin saya menjadi dokter. Ok, mungkin bukan saya saya yang bernasib seperti ini. Tapi percayalah, saya sangat-sangat tidak menikmati keadaan ini. Apa lagi jika mendengar beliau mengatakan, “aduh..enak sekali kalo punya anak dokter, lulus langsung kerja, gak usah repot-repot cari kerja…kalo kita tua ada yang urusin.” Apalagi mengingat mereka bersedia menghabiskan uang mereka untuk saya masuk kedokteran swasta jika memang saya tidak jebol di setiap PTN. Rasanya saya ingin berteriak, “ma…pa…tahukah kalian saya sangat benci pelajaran BIOLOGI???!!!!”
Saya sangat ingin melanjutkan plan A saya di salah satu PTN di Jogja. Tapi pemikiran itu langsung diruntuhkan oleh orang tua saya. Mereka sangat tidak setuju jika saya di sana. Mengingat letaknya yang terlalu jauh dengan kota asal saya. Kemudian entah ada angin atau badai dari mana, keinginan saya seolah-olah dimatikan oleh salah satu anggota keluarga saya yang saya percayai. Dan pilihan yang langsung diserang adalah si plan A. Seperti terhipnotis, saya langsung mengubur dalam-dalam keinginan saya menjadi arsitek. Dan menggantikan posisi arsitektur dengan informatika ke dalam plan A.
Undangan PMDK dan ujian sarinagn masuk mulai berdatangan. Saya sangat aktif dan jeli terhadap info-info seperti ini. Saya mengikuti berbagai ujian saringan masuk. Ujian pertama yang saya ikuti adalah ujian masuk salah satu institut teknologi swasta yang mempunyai ikatan dinas dengan perusahaan telekomunikasi di Bandung. Tentu saja saya menembak plan A saya yang sudah saya ubah untuk institut tersebut. Tapi ternyata, Tuhan menjawab lain. Saya tidak berhasil mendapatkan kursi di institusi tersebut.
Yeah! Saya ternyata tidak melupakan plan B saya. Komunikasi. Saya lalu mencari info undangan PMDK PTN yang masuk ke sekolah dan berhubungan dengan plan B saya. Tapi seolah-olah ada gunting yang memotong-motong tali penyambung plan B saya. Persyaratan yang harus dimiliki untuk mengambil jurusan komunikasi adalah berasal dari kelas ilmu sosial. Sedangkan saya “secara tidak sengaja” duduk di kursi ilmu alam. Pupus sudah harapan.
Tidak jauh dari masa periode pencarian perguruan tinggi, saya dan banyak teman-teman saya mengikuti tes ujian saringan masuk salah satu perguruan tinggi negeri favorit di depok. Ok, dalam tes ini, saya memberanikan diri mengambil soal Ilmu Pengetahuan Campuran agar pilihan plan A dan plan B saya bisa benar-benar nyata di pilih. Dengan bermodalkan otak yang pas-pasan di bidang ilmu alam dan pengetahuan dangkal di ilmu sosial, pupuslah sudah kata lulus setelah tes berakhir. Dan saya tidak pernah menanti-nantikan pengumumannya, karena saya memang sudah pesimis. Ternyata memang benar, saya tidak lulus.
Saya bingung. Seolah-olah saya ingin menagih janji kata orang-orang, bahwa ilmu alam bisa di terima di mana saja. Mana buktinya! Saya tidak bisa menembus plan B saya! Bahkan plan A saya pun tak tercapai, padahal sudah sejalan dengan ilmu yang saya pelajari selama dua tahun terakhir. Hingga keluarlah undangan PMDK dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bogor. Isu-isu banyak mengatakan, PTN ini membuka gerbangnya lebar-lebar untuk siswa sekolah saya karena salah satu alumni sekolah saya yang pada saat itu menjadi mahasiswa di sana berhasil menjadi Mahasiswa Berprestasi tingkat Nasional. Dan lagi, PTN ini menghargai setiap piagam akademik maupun non akademik seperti organisasi dan lain-lain. Dengan bermodalkan beberapa piagam dan nilai rapor yang tidak terlalu excellent bahkan sempat jeblok di kelas XI saya mengambil formulir itu.
Tahukah, yang ada di pikiran saya saat itu adalah yang penting dapat pegangan perguruan tinggi. Kemudian saya melihat list jurusan apa saja yang ada di PTN tersebut. OH MY GOD! Betapa aneh-anehnya jurusan-jurusan di PTN ini? Tapi yang saya ketahui, jurusan yang berkaitan dengan plan A, mantan plan A dan plan B saya ada semua di PTN ini. Tanpa saya harus menyalahkan diri saya yang labil dan plin-plan. Ada terbersit di pikiran untuk menarik lagi keinginan saya menjadi arsitek, berhubung PTN ini menawarkan arsitektur yang berhubungan dengan taman. Tapi saya langsug menguburnya kembali, mengingat serangan-serangan mematikan dari saudaraku waktu itu.
Kemudian, saya juga melihat ada jurusan yang berhubungan dengan plan B saya. Tapi yang ini sedikit berbeda, namanya yang sedikit panjang yaitu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Saya lalu mendiskusikannya lagi dengan saudara saya, dia berpendapat pilih saja jurusan lain. Ok, plan B…saya tidak berani memasukkan engkau di pilihan PTN ini.
Dan yang saya lalu memasukkan plan A saya di pilihan pertama, dan jurusan yang tidak pernah terbersit di pikiran saya sebelumnya, tetapi sangat berhubungan dengan ilmu sosial. Beberapa bulan kemudian, terkoarlah di sekolah, saya dan beberapa teman-teman saya berhasil mendapatkan kursi di PTN Bogor tersebut. Yang dapat saya simpulkan adalah tidak ada plan A maupun plan B di kursi yang saya dapatkan. Dan pasti tidak ada pilihan keinginan orang tua saya. Yang ada hanya pilihan dan PTN tersebut, yaitu ekonomi sumber daya lingkungan. Ok, impian jangka pendek saya tercapai, “yang penting dapat pegangan PTN.”
Hingga saya mengikuti beberapa ujian saringan masuk perguruan tinggi lain dan mengirimkan lamaran PMDK ke tempat lain, ternyata saya juga tidak diterima. Sepertinya hanya PTN Bogor ini yang menerima saya. Yah..mengingat pesan dari sekolah supaya jangan menolak undangan dari PTN Bogor ini agar kuota untuk adik kelas tahun depan tidak dikurangi, saya pun membuka hati saya untuk PTN ini dengan jurusan yang tidak pernah ada di pikiran saya sebelumnya. Tidak tahu harus sedih atau senang.
Hingga sekarang saya berada di sini. Di lingkungan PTN Bogor dengan berbagai macam plesetan singkatan yang menjadi ciri khas (yang mengerti pasti tahu). Pertama-tama saya bingung, apakah ini merupakan suatu kesalahan saya yang tidak mau bersikeras dengan plan A yang suah saya inginkan dari kecil, atau kesalahan pemahaman saat pemilihan jurusan ilmu alam atau ilmu sosial di kelas X.
Tapi satu hal, jika saya masih menyalahkan kebodohan saya di masa lalu saya tidak akan maju. Dan yang harus dilakukan sekarang? Apa? Menikmati si bukan plan A, si bukan plan B, si bukan mantan plan A, ataupun si bukan pilihan orang tua saya? Jawabannya ada di diri saya sendiri. Ada di kemauan saya sendiri apakah saya mau mencapai mimpi-mimpi saya yang harus tiba-tiba berubah haluan. Ada di kemauan saya yang belajar untuk berhenti mengasihani hidup sendiri. Ada di kemuan saya untuk tidak menyalahkan masa lalu. Dan ada di kemauan saya untuk tidak berhenti mengeluarkan kata “saya menyesal”. Serta ada di kemauan diri saya untuk berhenti menyalahkan diri sendiri. Semuanya dalam proses belajar. Proses belajar mengarahkan hidup ke yang lebih baik dan melakukan yang terbaik. Mari belajar!

Rabu, 27 Oktober 2010

Sebelumnya aku tidak pernah berpikir untuk membuat note inii, tapi gak tahu knapa tiba note ini bisa ada,,,(koq bisa ya?) yah,,mungkin akan ngeh sendirilah saat membacanya sampe selesai (promosi awal..hehhehhe). Tapi kalo ada yang bilang malem2 tuh adalah waktu yg tepat untuk merenung, aku pasti langsung mendukung. Karena ini sepertinya hasil perenungannya. hehehhehhe..note yang aku buat sendiri ini mengharuskan aku untuk belajar.

Berawal ketika aku habis sate (saat teduh) susulan -stilah barukah ini- (hehehe karena paginya bangun kesiangan, jadi ga sate pagi),sepertinya saat itu aku lagi holy-holynya..aku memutar playlist lagu rohani dari handphone. Mataku masih saja belum terpejam (jam malamku sudah bergeser sejak di sini, malam beraktivitas, siang tidur di ruang kuliah,,heheheh gak seterusnya sih). Kamarku yang isinya ada empat orang (minus satu karena dia lagi ritual nganter kain kotor ke rumahnya, maklum anak jabodetabek) sudah tertidur pulas terkecuali aku.

Lantunan bermacam-macam lagu rohani mengalir dari kabel headset (punya si rindi,,pinjem ya rin,punyaku kan lagi rusak hehehe) ke telingaku. Aku sibuk membaca majalah rohani TRUHT (juga) yang dibelikan secara cuma-cuma oleh temanku Agus si koko fihiung, dan topik besar dari edisi majalah itu tentang akhir jaman pula. Sepertinya Agus ingin temannya ini cepat2 bertobat, karena dunia memang mau kiamat dan Tuhan sudah mau datang. Hahahah..thx gus..you’re my man! (lho?). Hingga terdengarlah lagu dari playlist. It’s okay, nih lagu bisa dibilang lagu jadul (di mata Tuhan gak ada lagu jadul, yg penting intinya untuk memuliakan Tuhan, red). Anda tahu lagu apa? Lagu Jangan lelah-nya Franky Sihombing. Nih, lirik lengkapnya:

Jangan lelah
Bekerja di ladangnya Tuhan
Roh Kudus yang beri kekuatan
Yang mengajar dan menopang
Tiada lelah bekerja bersamaMu Tuhan
yang selalu mencukupkan
akan segalanya..

Ratakan tanah bergelombang
Timbunlah tanah yang berlubang
Menjadi siap dibangun di atas dasar iman
Ratakan tanh bergelombang
Timbunlah tanah yang berlubang
menjadi siap dibangun
di atas dasar iman..

Aku lalu mengingat-ingat sejarah lagu ini di dalam hidupku. (cieeee). Kalo gak salah, nih lagu diajarin oleh guru sekolah mingguku, saat aku kalo gak salah kelas 5 SD. Diajarin bareng gerakan-gerakannya. Saat itu, aku sangat menyukai lagu ini, karena nadanya yang enak dan gerakannya yang lucu, dan aku yakin saat itu aku tidak mengerti apa maknanya, hanya asal cuap-cuap sesuka perut dari bibir (apa hubungannya perut dan bibir?? Maklum ini note ditulis malam2). Lagu ini terus sering dinyanyikan di ibadah-ibadah yang aku jalani sepanjang usia (kerispatih kaleee) heheh hingga aku SMP dan SMA. Aku yakin, selama itu aku menyanyikan lagu ini, tahu arti umumnya, tapi tidak menyadari bahwa lagu ini artinya dallaaaaam luar biasa.(lebaykah ini saudara???)


Hingga di SMA, teman sebangkuku selama 2 tahun namanya pita (hhehehhe aku kangen pit..) sering sekali menyanyikan lagu ini. Ia bersenandung dengan suaranya yang merdu (yah..aku mengakuinya pit) ketika belajar, istirahat, lagi ngumpul2, dan jam kosong. Dia mengatakan, dia sangat menyukai lagu ini. Aku pun menanggapi, aku pun juga suka lagu itu. Dan kembali, yang aku yakini,saat itu aku belum paham lagu ini punya arti yang sangat dalam.

Hingga aku beranjak kuliah, lagu ini aku sengaja simpan di mp3 handphoneku. Karna memang aku suka. Suatu saat, ketika menjelang UTS semester dua, aku mendengar suatu pernyataan dari teman dekatku di sini, namanya Rindi. Ketika itu, kami sedang mencari tempat yang nyaman untuk belajar. Hingga aku teringat gedung H-REK lantai 4, balkon yang menghadap ke arah gedung Andi Hakim Nasution. Yeah..tempat favoritku..di sana pemandangannya bagus, gunung salak terlihat jelas..(hoho promosi lagi). Aku mengajak rindi dan vera ke sana untuk belajar. Di tengah kemumetan soal-soal kalkulus (Karena itu UTS yg paling eksis), rindi mengambil handphoneku dan memutar playlist lagu2 rohani. Teralun lah lagu Jangan Lelah-Franky Sihombing ini.

Aku mendengarnya sejenenak, dan tiba-tiba rindi nyeletuk “ini lagu sederhana, tapi artinya dalem bgt”. Ngik-ngik-ngik..hoho, aku mulai tertarik. Aku dan rindi pun memutar lagu ini balik dan mendengarnya ulang.
Hingga si vera nyeletuk tiba-tiba “gila! Mood gw ngerjain soal balik lagi gara2 ngedenger lagu rohani..terus aja putar, jadi lancar gw ngerjain soal” hahhahaah….

Ok, kembali ke alur semula. Waktu berjalan, hingga malam ini. Malam aku menulis note ini. Lagu ini, aku putar berulang-ulang di telinga. Aku resapi tiap lirik demi lirik (asiiikkk). Ternyata benar kata rindi, lagu ini artinya dalem. Banget malah.

Lagu ini berkata jangan lelah. Jangan pernah lelah, dalam melakukan apapun untuk kemuliaan TUhan. Terutama dalam sebuah pelayanan. Jujur, aku mulai benar-benar merasa bertumbuh ketika di sini. Ketika Tuhan memberikan aku teman-teman dan kakak-kakak seiman tempat untuk saling menguatkan dan berbagi dalm Tuhan dalam kondisiku yang jauh dari keluarga terutama orang tua.

Dan aku mulai belajar sebuah pelayanan yang sebenarnya. Kalo kata Kak Jesmon sama Bang Doly (kakak asistensi tercinta) kita harus memusatkan pelayanan dan mempunyai visi pelayanan yang terbaik hanya untuk Tuhan. Dan pelayanan itu sendiri ada bermacam-macam. Namun, ketika aku perhatikan di tengah-tengah keadaanku yang dalam tahap belajar dan bisa dikatakan pemula dengan iman yang cetek, ada kalanya dalam pelayanan akan ada rasa jenuh, lelah, capek dengan semua tantangan yag ada. Itu pasti ada, secara manusia, kita pasti akan berkata “Tuhan, aku jenuh, aku tidak sanggup Tuhan”

Tapi lagu ini berkata, Jangan lelah..bekerja di ladangnya Tuhan. Hmmm, lantas bagaimana jika kita jenuh, jika kita capek? Aku lngsung teringat kata seorang kakak tingkat di sini namanya Kak Mbot. Ketika dia mengingatkan aku untuk datang Pertemuan Senin Komisi Pelayanan Siswa, aku malah menjawab “Liet ntar deh kak, kalo gw gak capek gw dateng,” karena saat itu memang kuliahku full dari jam 8 sampe jam 5.
Tapi dia malah menanggapi dengan kata2 seperti ini “tenang aja, gk bakal capek, kalo minta kekuatan dari Roh Kudus.” Ngik..ngik..ngik…paaaaakk…saya merasa tertampar. Hahaha kena lagi deh sama nih lagu..
Jangan lelah bekerja di ladangnya Tuhan ROH KUDUS YANG BERI KEKUATAN..yang mengajar dan menopang.

Yah,,bener banget, selama ini aku ngerasa Tuhan aku gak kuat, Tuhan aku gak sanggup. Karena satu, AKU NGANDELIN DIRI SENDIRI. Yeah,,,maklum percaya diri tinggi. Aku melupakan tangan Roh Kudus yang menunggu aku megajaknya bekerja sama. Dan aku tiba-tiba teringat kembali. Roh Kudus akan bekerja benar-benar di hidup kita ketika kita punya hubungan pribadi yang baik dengan Allah.

Teringat kembali kata kak Erti “sisihkan waktu khusus dengan Tuhan, waktu pribadi, hanya kita dengan TUhan, bukan menyisakan. Ingat, menyisihkan, bukan menyisakan.” Ngik..ngik.ngik..Paaaaakkkk..saya merasa tertampar juga ketika kak Erti mengatakan itu denganku. Hubungan pribadi yang baik dengan Tuhan, akan memperlancar Roh Kudus bekerja dalam hidup kita. Ia pasti akan mengajar apa saja yang perlu kita lakukan, dan menopang kita ketika kita merasa down dan jenuh. Hmmmmm…aku akan belajar itu.

Kembali lagi ke lirik. “Tiada lelah bekerja bersamaMu Tuhan, yang selalu mencukupkan,,akan segalanya”. Ketika Roh Kudus sudah memberi kekuatan kepada kita. Kita akan merasa tidak lelah. Karena partner kerja kita Tuhan. Tuhan donk partner kita, gimana gak super-duper eksklusif. Dia yg mencukupkan kebutuhan kita smua. Selama kebutuhan itu sesuai dengan apa yang dikehendaki TUHAN. Kalo kata kak Dessy, kakak Kelompok Pembinaan Dasarku, ketika kita berdoa biarkan Tuhan yang mengubah kehendak kita, bukan kita yang mengubah kehendak Tuhan. Percaya, Tuhan yang tahu kebutuhan kita, ia yang akan mencukupkan segalanya. (cie…k dessy)

Lanjut ke reffrain lagu ini. Kalo menurutku arti dalam reffrain lagu ini pasti sangat relative tiap orang. Yeah..sesuai sudut pandang masing-masing kita lah…tapi ini menurut persepsi ku..

Ratakan tanah bergelombang..hmm kalo menurutku ratakan tanah ada sejarahnya, kenapa harus diratakan..? tanah yang tertanam akar pohon yang besar dan dalam, ketika pohon itu dicabut, pasti akan bergelombang dan tidak rata. Aku menganalogikan akar pohon ini adalah akar pahit yang tertanam di hati kita. Ketika kita memutuskan untuk melayani, kita harus ada persiapan hati. Kita harus mencabut semua rasa tidak damai yang bisa mengganggu pelayanan. Namun, tidak semua itu mencabut akar pahit, pasti ada bekasnya. Tanah yang bergelombang itulah bekasnya. Lagu ini mengatakan RATAKAN. Pulihkan hati kita yang luka karena akar pahit. Lantas kalo kita gak kuat? Ah kembali ke bait awal, minta bantuan Roh Kudus.

Hmmm..lalu bagaimana dengan timbunlah tanah yang berlubang. Logis gak, kita bagun rumah, tapi di bawah pondasi ada tanah bolong. Yah robohlah rumahnya. Kalo menurut aku, lobang itu aku analogikan kelemahan-kelemahan dan dosa-dosa kita. Biarkan dosa-dosa itu dipendam, datang kepada Tuhan dengan segala kelemahan kita maka ia akan memberikan “tanah” untuk menimbun semua dosa kita, dan menguatkan kelemahan-kelemahan yang ada pada kita. Hmmmmm….itu persepsiku..

Hingga akar pahit sudah dicabut, minta ampun sama TUHAN, minta kekuatan sama Tuhan, percayakan hidup kita pada Tuhan, ia yang akan mencukupi segalanya. Dijadikan pondasi iman. Dan siap di bangun menjadi pelayanan. Kembali mengingat kata kak Dessy, justru karena HPDT (hubungan Pribadi dengan Tuhan) yang baik, akan berbuah pelayanan. Pondasi HPDT bangunan pelayanan. Dengan meminta bantuan dari Roh Kudus, kita tidak akan lelah.

Mungkin tidak harus dalam pelayanan. Dalam kuliah saja, inget kata kakak asistensiku Kak Jesmon dan Bang Doly lagi, dalam hal apapun itu, dalam hal kuliah, ujian, pekerjaan, tetap dilakukan dengan tujuan untuk memuliakan nama Tuhan. Karena tujuan kita hidup ini adalah untuk Tuhan.
Intinya, di sini, aku masih banyak belajar. Belajar tentang HPDT yang baik. Mungkin aku bisa belajar dari situ. Komitmen untuk selalu mengikuti perintah Tuhan.

Yahh..bagiku yang masih sangat cetek ini dan sangat takut dengan kata komitmen yang kongkret, itu lumayan sulit. Aku juga sangat nakal, sering jatuh dalam dosa, ceroboh (semua teman-temanku tanpa membaca peryataanku ini sudah mendukung terlebih dahulu kenyataan diriku yang itu) serta seringkali khilaf. Tapi kembali seperti kata lagu jangan lelah, aku harus ingat minta kekuatan Roh Kudus. Segala sumbernya dari Tuhan.

Hmmm..bagaimana ada yang mau mengajariku atau mengingatkanku. Karena jujur, aku sangat membutuhkan itu. Ayo kita sama-sama menguatkan.

Jangan lelah bekerja di ladangnya Tuhan, kalo udah panen kan lumayan tuh..hehehehe (mentang-mentang mahasiswa pertanian..hidup pertanian..hidup perladangan hehhe)

Akhirnya note ini selese juga, tinggal nuggu di posting. Padahal, awalnya aku merasa gak pantas buat nulis note ini. Hmm..tapi aku yakin Tuhan menyuruhku berbagi, berbagi pemikiran yang sudah dia berikan kepadaku lewat lagu ini hingga aku menuangkannya pada note ini (pantesan dari tadi gak bisa tidur-tidur, ternyata disuruh nulis dulu sama Tuhan,,hehhe terimakasih banyak Tuhan, aku bisa berbagi, padahal aku masih sangat pemula dan cetek). Dan aku mencoba untuk belajar. Semoga kita semua diberkati. SEMANGAT! JC bless us!!

mungkin teman2 dan kakak2 semua ingin menambahkan atau mengoreksi sebagai tambahan pelajaranku..aku tunggu..

1 Korintus 15:58
Karena itu saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia
It's Ok!!
Pertama-tama yang saya ingin ucapkan adalah..
"Saya mengakui, ini adalah blog saya yang kesekian kalinya di antara blog-blog gagal dan tak terurus karena disebabkan oleh satu hal...lupa password!! Saya akui memang ada fasilitas mengingat password, tapi berhubung saya tidak mood lagi mengurus blog yang sudah tak terurus dan hanya berpostingkan satu artikel atau bahkan tidak ada sama sekali, maka terciptalah blog baru ini. Hehehhe"

Ok!  Akhir kata pada posting pertama ini adalah...
"Semoga blog ini benar-benar terurus.."

Mengenai Saya

Foto saya
Seorang ambievert -- Bercita-cita dapat mengunjungi 35 Provinsi di Indonesia --Belajar menjadi environmentalist tapi masih sulit untuk hemat energi (namanya juga tahap belajar) -- Sarjana Ekonomi namun tidak begitu paham khatam ekonomi -- penggila senja dan pengagum langit biru -- sangat menyukai perjalanan darat -- tak pernah berhenti kagum atas karya Pencipta alam yang ada di bumi -- Environmental Science, University of Indonesia 2014 (Master degree) -- Resource and Environmental Economics, Bogor Agricultural University 2009-2013 (Bachelor Degree) -- SMAN 5 Bengkulu -- Christian -- I just wanna be a good Indonesian

Popular Posts