Suatu malam, tengah malam, di
tengah fokus saya dalam mengerjakan tesis, saya menghentikan pekerjaan saya
sejenak karena mendengar lirik lagu yang tiba-tiba mengalun dari speaker. Saya biasanya
menyalakan lagu secara random dari youtube untuk menemani ketenangan saya dalam
bekerja. Malam itu, saya sengaja memutar playlist lagu natal. Yah, saat itu
sudah masuk Bulan Desember dan saya sedang berusaha mencari suasana natal.
Bulan yang selama saya hidup, selalu saya nantikan dengan bahagia. Desember
yang penuh dengan acara natal, dekorasinya, kumpul kerluarga, ulang tahun Bapa
saya, dan lain sebagainya. Namun, tahun ini Desember terasa campur aduk bagi
saya, bingung harus bahagia atau panik. Di tengah deadline kelulusan,
ketidakpastian waktu, ketidakpastian pertemuan dengan dosen pembimbing,
tanggal-tanggal yang harus terpotong karena tanggal merah hingga awal tahun
depan, dan lain sebagainya. Hingga akhirnya saya kehilangan suasana natal dari
diri saya, saya kehilangan makna natal dari diri saya.
Pikiran saya penuh dengan
kekhawatiran, ditambah dengan pikiran-pikiran saya yang terlalu realistis. Hingga
saya mulai tersadar pada saat percakapan saya dengan Bapa saya di telpon. Beliau
selalu memotivasi saya, mengajak saya untuk terus berdoa, dan berpengharapan
pada Tuhan. Namun, saya masih mengelak dan berkata tidak mungkin, itu sulit,
ini sulit, semua penuh dengan ketidakpastian. Sampai akhirnya Bapa saya
mengucapkan, “Kau jangan seperti orang yang tidak punya iman..ingatlah kau
punya Tuhan” Jleb!! Kena deh gw! Benar, kekhawatiran saya menutupi pengharapan
saya. Desember yang sudah berjalan hampir setengah Bulan ini saya isi dengan kekhawatiran,
ketakutan, dan pikiran akan deadline. Ruang untuk “Dia” yang sebenarnya
memberikan pengharapan itu nyaris tidak ada.
Kembali pada lagu yang mengalun
di tengah malam. Mungkin pertama kali saya mendengar lagu itu, namun lagu itu
benar-benar menjadi refleksi bagi saya. Lagu itu berjudul “Do You Have Room
(for The Saviour). Awal lagu ini menceritakan mengenai perjalanan Maria dan
Yusuf yang kesulitan mencari ruang untuk penginapan (Yeah, teman-teman pasti
mengetahui cerita fakta ini sejak sekolah minggu).
“and she brought forth her firstborn Son, and wrapped Him in Swadding
cloths, and laid Him in a manger, because there was not any room for them in
the inn” (Luke 2:7 New King James Version).
Tak ada satupun yang menyediakan ruang untuk Dia malam itu. Mungkin ketika
kita merenungkan cerita itu, kita berpikir, “kok tega ya orang-orang pada saat
itu? Ada yang mau melahirkan, tapi ga disedian ruangan?” Kita mungkin akan
berpikir sesubjektif itu. Sangat ironi, Ia datang menyelamatkan umat manusia,
namun pada saat malam ia lahir, justru tidak ada ruangan untuknya.
Tapi sadarkah kita (saya), apakah
saya sudah menyediakan ruangan khusus untuk Dia di dalam hati saya, terkhusus
menjelang natal tahun ini? Dalam kasus saya, “ruangan” saya justru penuh dengan
target-target pekerjaan yang ada di depan mata saya, penuh dengan kekhawatiran,
dan lupa menyediakan “ruangan” untuk Dia yang sudah menyerahkan hidupnya dan
mati karena saya. Terkadang saya bahkan terlalu asik bekerja, hingga tidak
sadar waktu sudah pukul 00.00, dan saya belum meluangkan waktu untuk
menyapaNya. Saya punya waktu banyak untuk membuka sosmed, tapi saya melupakan untuk
menyediakan waktu bersosialisasi dengan Dia. Apakah saya benar-benar sudah
mempersiapkan hati saya secara utuh untuk natal tahun ini? Apakah saya sudah
mengisi hati saya dengan iman dan pengharapan?
Bagian akhir refrain lagi ini menyebutkan “Would you have come that night? Would you have sought the light? Do you
have room?” Apakah saya sesungguhnya sudah mencari Tuhan? Apakah saya sudah
mempersiapkan hati saya untuk Tuhan? (Kena lagi deh gw!).
Each of us is an innkeeper who decides if there is room for Jesus (Neal A. Maxwell).
Selamat minggu ketiga advent, mari kita terus persiapkan hati kita,
menyambut hari kelahiranNya.
Do you Have Room (For The Savior)
They journeyed far, a weary pair;
They sought for shelter from the cold night air.
Some place where she could lay her head,
Where she could give her Babe a quiet bed.
Was there no room? No corner there?
In all the town a spot someone could spare?
Was there no soul come to their aid?
A stable bare was where the family stayed.
Do you have room for the Savior? And do you seek Him anew?
Have you a place for the One who lived and died for you?
Are you as humble as a shepherd boy, or as wise as men of old?
Would you have come that night? Would you have sought the light?
Do you have room?
A star arose, a wondrous light,
A sign from God this was the
holy night,
And yet so few would go to see
The Babe who came to rescue you and me.
This Child divine is now a King.
The gift of life to all the world He brings,
And all mankind He saves from doom,
But on that night, for Him, there was no room.
Do you have room for the Savior? And do you seek Him anew?
Have you a place for the One who lived and died for you?
Are you as humble as a shepherd boy, or as wise as men of old?
Would you have come that night? Would you have sought the light?
Do you have room?
Will you come tonight? Will you seek the light?
Do you have room?
*foto dokumentasi pribadi, Natal CIVA IPB 2012 (nostalgia pada saat jadi panitia)