Menulis karena sedang belajar. Karena saya tidak bisa belajar tanpa menulis.

hidup untuk belajar

belajar untuk hidup

maka hiduplah menjadi manusia

Senin, 10 April 2017


Sudah lama sekali blog ini tidak saya perbarui. Ternyata dari sekian lama kevakuman blog ini, tulisan pertama saya adalah untuk salah satu sahabat terbaik saya, Manuel Saragih!

Halo dunia, ingin sekali saya perkenalkan kepada kalian, bahwa saya memiliki sahabat, sepertinya bukan sahabat, tapi kakak! Namanya Manuel Saragih, tapi orang-orang memanggilnya Mbot. Pertama saya bertemu dengannya tahun 2010, sehabis acara retreat Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB, dengan first impression saya adalah “saya takut dengan ini orang, tapi kayaknya ini orang asik, ga tau deh kalo ntar kerja bareng nih orang bakaL sepaham atau enggak”. Jadilah, saat itu pertemanan kami dimulai saat beliau meminta saya menjual stiker untuk dana usaha retreat.

Saat sudah di usia sekarang ini, di saat saya sedang mensyukuri untuk orang-orang terdekat saya kepada Tuhan, saya menyadari bahwa pria ini adalah sosok yang unik. Orang yang bisa membuat saya kesal dan senang dalam satu waktu sekaligus! Ide-ide gila selalu keluar dari otaknya. Apapun bisa diuangkan dengannya, sangat kreatif dengan yang namanya bertahan hidup. Tanpa diketahui orang banyak bahwa dia sebenarnya benar-benar sedang bertahan hidup. Seumur hidup, saya baru menemukan satu orang seperti dia, dan dia adalah Manuel Saragih, alias Mbot.

Tampang boleh sangar, tapi pecinta Donald Bebek sejati. Saya sangat ingat dengan motor bebek bersejarah miliknya, yang seolah-olah jadi kepemilikan semua orang. Motor bebek yang dimodif, dicat ulang menjadi warna biru, dicopotnya stiker merk asli motor, kemudian ditempelinya dengan tulisan Donald Bebek kesayangannya. Tidak hanya itu, klakson motornya yang sebenarnya lebih merdu terdengar, malah digantinya dengan klakson dengan bunyi terompet tahun baru, yang jika dibunyikan dapat membuat kaget orang sekitar.

Orangnya sangat loyal, banget malah, kalau ia punya pasti diberikan. Di sisi lain juga apa adanya. Hingga akhirnya ketika semua barangnya jadi seperti milik semua orag, tecetuslah suatu qoute darinya, “Kita keluarga, tapi bukan keluarga kandung.” Boleh pake barang gue, tapi tolong kita bukan keluarga kandung jadi jangan seenaknya banget ya! Hahaha

Kak Mbot orang yang menunjukkan perhatiannya dengan caranya sendiri, tanpa kita sadari bahwa ia adalah orang yang perhatian (Emang iya kak lo perhatian? Gue aja ga nyadar, hahahaha, dasar oportunis!”)

Pernah kala itu, saya sakit diare di kosan, karena habis meminum es kelapa yang dia traktir di kantin. Ketika dia mendengar kabar itu, jam 10 malam dia datang ke kosan saya membawakan P*cari Sweat, coklat S*lver Queen, dan Ch*-cha. Katanya, “ini minuman untuk mengganti cairan dalam tubuh lo yang hilang, in. Terus ini cokelat untuk untuk menambah glukosa dalam tubuh lo biar lo ga lemes,” Di kala orang-orang menjenguk anak kosan datang dengan nasi bungkus atau buah, dia malah membawa cemilan.

Pernah juga malam-malam ia datang membawa pizza karena katanya dia habis dapat rezeki. Yah walaupun yang dia bawa adalah pizza sisa yang tidak habis dia makan dari rumah makan pizza bersama temannya saat itu.

Pernah juga kami berjalan malam dengan menggunakan motor dari Bogor menuju Depok, untuk menemani saya memberikan kejutan ulang tahun untuk kakak saya. Di sepanjang jalan kami mendengarkan lagu dari headset sambil memutar playlist Sheila On 7, menyanyikannya dengan suara yang keras, saat itu yang kita nyanyikan adalah “Terima Kasih Bijaksana.” Hingga keesokan harinya dia menunjukkan playlist lagu handphonenya berisi lagu-lagu Sheila On 7. “Gara-gara lo, gue jadi masukin lagu-lagu SO7 nih di hp gue!”

Kami hampir memiliki hobi yang sama. Kami sama-sama suka warna biru, suka Harry Potter, suka Sheila On 7, suka hal-hal yang berbau digital, suka bikin kesal orang lain, hanya satu mungkin yang berbeda. Dia sangat berbakat dalam hal wirausaha, sedangkan saya tidak ada apa-apanya.

Orang yang dengan ringan tangan membantu saya pindahan dari Asrama TPB IPB saat masuk tahun ke dua, hingga akhirnya kesal dengan saya yang banyak perintah dan banyak mau dan berkata, “emang gue tukang ojek lo?”

Ikut saja dengan ide gila backpacker ke Jogja yang serba mendadak, menjadi satu-satunya lelaki penjaga 5 perempuan rempong, naik kereta ekonomi seharga 35 ribu rupiah dari Jakarta hingga Jogja, dan tidur di antara ayam-ayam. Dia sudah banyak mengorbankan tenaga, harga diri, dan uang, tapi masih saja kami 5 perempuan rempong memanggilanya , “Mbot Kopet!”

Orang yang pertama kalinya mengenalkan kamera DSLR kepada saya. Walaupun kami berdua sama-sama jelata dan belum punya kamera DSLR. Hingga akhirnya saya sangat suka dengan fotografi walaupun masih amatir.

Orang yang pertama kali menyuruh saya mengendarai motor di Bogor. Di kala itu saya belum berani mengendarai motor karena masih di daerah baru. Tapi untuk pertama kalinya saya mengendarai motor dari Dramaga Bogor ke Puncak Bogor dan itu aman-aman saja.

Di kala saya sedang bercerita padanya tapi tiba-tiba hanya jadi setengah cerita, dia pasti langsung menyahut, "lo cerita jangan setengah-setengah ngapa?? Kalo cerita setengah-setengah itu kayak lagi boker tapi ga cebok tau ga!"

Tiap kita mengutip ucapannya yang memang asik untuk dikutip, dia langsung berkata, "itu kata-kata gue! Sini bayar royalti!"

Dia membentuk mental saya yang saat itu adalah juniornya, dengan cara yang sangat saya tidak suka, yaitu menyudutkan saya. Apakah itu memang tekniknya atau memang dia yang mememilki karakter menyebalkan seperti itu (yang saya tahu, saat itu saya sangat benci diperlakukan seperti itu, dan saya kecewa dengan perbuatannya). Hingga akhirnya kami pernah berkelahi hebat dan tidak pernah saling berbicara sampai 2 bulan. Sampai akhirnya terjadi satu insiden yang akhirnya mendamaikan kami. Tapi siapa yang sangka, perlakuannya dan karakternya yang cuek sangat berpengaruh pada karakter saya sekarang. Saya belajar untuk tidak lemah dan cengeng, belajar menikmati apa yang dimiliki sekarang, apa adanya, dan jangan menjadi orang yang terlalu pemikir, “Gak semua permasalahan bisa lo selesaikan sendiri, ngapain mikirin hal-hal yang sebenernya ga penting-penting amat, mikirin tuh hal-hal yang penting aja,”

Hingga kami pernah sama-sama menangis, dengan alasan yang tidak jelas. Pengakuannya, itu tangisan pertama dia setelah sekian lama.

Di kala dia tahu saya sedang stres karena kabanyakan memegang program kerja, dia memberikan saya gantungan kunci bertuliskan, “Life is Fragile, handle with Prayer!” Gantungan itu saya gantungkan di Alkitab saya hingga kini.

Saat saya ulang tahun dia memberikan saya kado, dengan harapan,  “nanti pas gue ulang tahun lo beliin gue kado juga ya, hahahaha, gue investasi!” Jadilah, saat itu, dia salah berinvestasi, dia malah berinvestasi dengan orang yang tidak terlalu hobi memberikan kado, maaf ya kak! Hahaha!

Kami selisih setahun, dia senior saya dari Fakultas Kehutanan, dan saya dari Fakultas Ekonomi. Hobi kami adalah berdebat jurusan mana yang paling nyantai, dan tetap saya yang kalah dalam berdebat. Hingga akhirnya saya berkata, “liat lo ya kak, ntar kita wisudanya barengan!” Jawabnya, “Enak aja lo!” Dan benar lah adanya, saat saya mengirimkan SMS undangan untuk hadir di seminar hasil hasil penelitian skripsi saya, dia membalas dengan kata-kata berikut,
“Apa! Lo seminar duluan! Gue gak terima, gue gak terima!”

Benarlah juga adanya, kami tidak wisuda bersama, tapi justru saya yang wisuda terlebih dahulu dari dia di bulan Januari 2014. Namun, Maret 2014 dia menyusul wisuda dan mendapatkan kado papan bunga besar dari teman-teman seangkatanya karena lulus paling terakhir.

Ketika kami sama-sama lulus kuliah, intensitas komunikasi tidak bejalan dengan lancar. Kami sibuk dengan dunia baru kami masing-masing. Ketika saya whatsapp dia dengan pertanyaan apa kabar, dia malah menjawab, “ga butuh tanya kabar in, yang gue butuhin duit in..” Kak Mbot tetap dengan karakternya yang apa adanya.

Saat saya sedang melanjutkan studi magister, saya menyempatkan diri memberikan informasi pekerjaan dan memotivasinya agar semangat mencari kerja (walaupun saya tahu Kak Mbot tidak semudah itu mendapatkan motivasi hanya lewat kata-kata). Tapi hebatnya, dalam segala keterbatasannya dia tetap bisa bertahan hidup. Apa saja ia jalani untuk menghidupi dirinya sendiri.

Suatu ketika, dia mengikuti tes kerja salah satu perusahaan BUMN di bidang kehutanan. Saya ikut mengantarkannya karena kebetulan lokasi tes ada di kampus saya. Sepulang dia tes kerja, saya meminta bantuannya untuk merekap kurang lebih 150 lembar kuesioner penelitian tesis saya, dengan iming-iming saya traktir dia makan. Seharian itu kami habiskan waktu untuk merekap kuesioner di salah satu rumah makan cepat saji di daerah Salemba Jakarta. 
“Nih penelitian lo apaan sih, in! Gak ada meaningnya banget dah ngitungin barang orang rusak karena banjir!” Sambil membuka lembaran-lembaran kuesioner. “Ini lo yakin wawancara orang nanyain harga barangnya satu-satu! Udahlah!”
Bukan Kak Mbot namanya jika tidak banyak komen. 
Ujar saya sambil memegang kalkulator, “Udah gak usah banyak komen!”

Seharian itu kami habiskan dengan gayanya memamerkan I-Phonenya, dan mengaku tidak bisa memainkan smartphone dengan sistem operasi Android. Saya no comment, karena hampir semua barangnya dia beli dengan hasil jerih payahnya sendiri, tidak seperti saya yang hanya bisa minta dari orang tua. Dia juga banyak menceritakan tentang update kehidupannya saat itu, dan saya juga update kehidupan saya. Saat saya banyak mendengar ceritanya di situ, saya berpikir, “Ya ampun kak, kemana aja sih gue selama ini, kok gue baru nyadar sih gue punya temen sekeren lo.”

Di sisi lain tetap saya berkata, “Ok kak, gue udah kenal kalo lo adalah orang yang pandai mengemas kata-kata dengan cara yang kece, jadi gua ga percaya kata-kata lo sepenuhnya...” diikuti tawa kami berdua.

Pernah beberapa kali, entah itu di motor saat saya sedang di Bogor, atau saat bertemu cengkrama dia menanyakan, “In, kira-kira masa depan lo cerah ga?”
“Apaan sih pertanyaan lo?” Jawab saya.
“Gue serius nih nanya!” Tanyanya.
“Ya mana gue tau lah! Mana ada orang yang ga mau masa depannya cerah!” Jawab saya lagi.
“Yah, kalo lo yakin masa depan lo cerah, gw nikah sama lo aja ntar, gue siap cari sinamotnya!”
“Ogah gw nikah sama lo kak!” Teriak saya.
“Ih, serius gw!” Jawabnya.
“Gue siap, in, kalo gw yang ngurus rumah terus lo yang kerja!”
“Ogah! Berdua aja kerjaan kita berantem mulu dah!”

Ada beberapa kali percakapn itu terjadi, penuh dengan candaan dan selalu ditutup dengan kata-katanya, “Yah, untuk kesekian kalinya gue ditolak!”

Saking putus asa dan khawatirnya mengenai jodoh, lantas dia berkata seperti itu dengan saya! hahaha

Saat saya sudah masuk dunia kerja, dan dia juga sudah mendapatkan pekerjaan cukup lama, kami tetap sama-sama galau dengan pekerjaan yang kami miliki. Hingga akhirnya pertengahan tahun lalu saya jatuh sakit dalam waktu yang cukup lama. Pengakuannya dia sangat ingin menjenguk saya di Tangerang. Tapi tetap, saya adalah orang yang tidak bisa membedakan kapan dia serius dan dia bercanda. Hal itu semua sudah termindset di saya.

Setelah saya sembuh total, kami lalu meet up, setelah sebelumya berdebat lewat whatsapp mengenai lokasi tempat meet up.  Hingga akhirnya dia mengalah dan menjemput saya di kantor, dan akhirnya kami bercengkrama di tempat makan yang tidak jauh dari kantor saya. Kembali dia menceritakan galaunya dia di dunia pekerjaan dan jodoh Sedangkan saya menceritakan mengapa saya sakit dan kondisi kesembuhan saya. Saat itu saya menceritakan tentang pekerjaan impian saya, dan saya memberitahunya bahwa saya lolos Indonesia Mengajar. Saat itu dia diam dan tersenyum kemudian berkata, “Gila, beruntung banget sih lo in, bisa memilih pekerjaan yang sesuai dengan idealisme yang lo miliki!”

Saya terdiam dan mengingat semua ceritanya yang pernah diceritakan kepada saya, tak tahu mau berbicara apa saya hanya bisa menjawab,  “Ntar lo juga akan mendapatkannya kok kak.”
Hingga H-7 sebelum keberangkatan saya ke camp pelatihan Pengajar Muda, dia bersikeras mengajak saya menyempatkan waktu bertemu dengannya. Saat itu saya sudah meluangkan waktu sehabis pulang dari kantor, tapi saya kesal karena dengan seenaknya dia berkata, “Gue masih di rumah in, hahaha ga jadi ya..” Dengan kesalnya saya malas untuk mengatur jadwal lagi untuk meet up  dengan orang ini.

H-3 akhirnya setelah perdebatan dan bujuk rayu, akhirnya kami meet up di Semanggi. Saat itu saya masih berpura-pura kesal dengannya, dan dengan gaya selengeknya dia berjalan ke arah saya seperti tanpa rasa bersalah. (Perhatian, itulah ciri khasnya Kak Mbot!) Anehnya, ketika bertemu langsung dengannya, segala kesal yang sebenarnya ingin kita ungkapkan di depan mukanya meluap sudah dan kita malah bingung ingin marah bagimana. Semua terhapus dengan tawa lepasnya, dan telapak tangannya yang menahan saya untuk tidak memukul punggungnya. Di akhir pertemuan terakhir itu, saya menyalaminya dan berkata ,”sampai ketemu setahun lagi ya... semoga pas gue balik lo udah ada pasangan. Jangan galau-galau mikirin jodoh!”

Namanya masa depan siapa yang tahu dan Tuhan berkehendak lain. Ternyata itu adalah pertemuan terakhir kami. Ketika saya selesai penugasan dan kembali ke Jakarta, saya tidak dapat menemuinya lagi, karena pagi ini tanggal 10 April 2017, saya mendengar kabar bahwa ia sudah dipanggil Bapa di surga karena sakit. Saya tidak tahu kalau dia sakit, dan tiba-tiba mendapatkan kabar seperti ini saat membuka handphone.

Seumur hidup saya mengenalnya, saya tidak pernah melihat dia sakit. Gayanya yang selalu santai dan membuat orang lain berpikir bahwa orang lain tidak perlu khawatir dengan kehidupannya. Terakhir sekitar 2 bulan lalu dia chat saya dan berkata, “bisa kali lo ceritain cerita motivasi lo gitu kek, di sana pasti lo da banyak cerita!”

Pikir saya, apaan sih kak, bukan lo banget dah tiba-tiba minta motivasi. Dengan santai saya membalas, “we have our own story kak, cerita motivasi ga harus dari tempat terpencil.. “
“Ih gw serius, gw minta cerita, masa ga ada gituu..”
“Ya gue kalo ditanya begini bingung ceritanya bagaimana....”

Hingga karena sudah malam, saya teridur meninggalkan chatnya. Hingga saya menunda-nunda untuk menghubunginya lagi, dan kemudian mendapatkan kabar duka ini. Sebelumnya saya belum pernah merasakan kehilangan orang terdekat karena meninggal. Hingga akhirnya saya mendapatkan informasi ini saat saya ada di tempat yang jauh.

Saya tidak mau menghabiskan waktu saya dengan penyesalan karena tidak dapat melihat dia untuk terakhir kali atau karena saya menyesal karena tidak puas dengan pertemuan terakhir kami. Tapi saya ingin mengucapkan syukur kepada Tuhan, karena saya pernah dekat dengan orang luar biasa ini! Sedih pasti! Sedih sekali, tapi saya ingin ceritakan pada dunia, bahwa saat ini yang ada di memori saya adalah semua kenangan yang bahagia tentang dia. Saya bahkan tidak ingat kenangan sedih saat berteman dengannya. Jika dia dulu meminta saya memberikan cerita motivasi, justru kehidupan lo yang udah memotivasi gue Kak! Bagaimana berpikir dari sudut pandang ekstrem, tetap santai dan terlihat bahagia walaupun hidup banyak tekanan, sangat sayang dan peduli dengan keluarga terutama orang tua, bisa hidup MANDIRI! Sumpah, gue banyak banget belajar dari lo!


Selamat tenang di sisi Bapa di Surga, Rest in Peace Kak Mbot. Semua sakitmu sudah diangkat. Saya tandai kau Manuel Saragih, sebagai salah satu orang yang mengubah karakter cengeng saya. Banyak yang sayang denganmu dan banyak yang kehilanganmu pastinya. Saya percaya, Bapa di Surga juga memberikan penghiburan kepada kami. Terima kasih untuk anda pemilik nomor induk mahasiswa E24080043.



Mengenai Saya

Foto saya
Seorang ambievert -- Bercita-cita dapat mengunjungi 35 Provinsi di Indonesia --Belajar menjadi environmentalist tapi masih sulit untuk hemat energi (namanya juga tahap belajar) -- Sarjana Ekonomi namun tidak begitu paham khatam ekonomi -- penggila senja dan pengagum langit biru -- sangat menyukai perjalanan darat -- tak pernah berhenti kagum atas karya Pencipta alam yang ada di bumi -- Environmental Science, University of Indonesia 2014 (Master degree) -- Resource and Environmental Economics, Bogor Agricultural University 2009-2013 (Bachelor Degree) -- SMAN 5 Bengkulu -- Christian -- I just wanna be a good Indonesian

Popular Posts