Menulis karena sedang belajar. Karena saya tidak bisa belajar tanpa menulis.

hidup untuk belajar

belajar untuk hidup

maka hiduplah menjadi manusia

Selasa, 14 Juni 2011

Malam H-2 ujian akhir semester pukul 00.43 wib.. yeah!
Belum mengumpulkan terkumpul semua keinginan untuk belajar menghadapi ujian. Buku-buku, handout dan modul bertebaran, namun tak memiliki pembaca.

Right, sudah berapa lama saya off menulis. LAGI,LAGI, DAN LAGI saya terpaksa mengatakan, "sudah lama saya tidak menulis". Sebenarnya saya dulu sempat berkeinginan tidak ingin mengatakan hal itu lagi di blog ini, tapi keadaann berkata lai, dan ternyata faktanya saya malah kalah dengan keadaan. Yeah! Ok fine, hanya kata-kata untuk memulai.

Saya kehilangan visi? Apakah iya? Gawat, bukan hanya sekedar gawat. Tapi lebih dari gawat. Ya, saya menghabiskan waktu dengan kesibukan mengejar deadline, tugas dan program. Merelakan berkurangnya jadwal istirahat, terkadang sampai lupa makan. Ok, jika saya masih berada di zona nyaman, pastti saya akan membenci hal ini. Namun berhubung saya sudah memutuskan berada di luar zona nyaman, saya suka tidak suka, sulit atau gampang, senang atau sedih, saya harus mengahdapinya. Tapi bagaimana jika harus kehilangan visi?


Visi adalah tujuan, tanpa tujuan tidak akan ada arah, malah hanya akan berputar-putar atau bahkan berjalan di tempat. Dan saya sedang kehilangan itu. Visi yang sudah doakan dan susun rapi seakan-akan hilang ditelan keadaan yang selalu menekan dan menuntut. Yah saya kalah kali ini. Mungkin memang karena keadaan yang seperti ini membuat saya tidak berkontinu mendoakan visi itu. JANGAN TIRU HAL INI. Karena akibatnya fatal saudara-saudara! Saya kehilangan VISI. 



Tidak..tidak...salah..saya tidak kehilangan visi... saya mungkin hanya berbelok dari jalur visi yang sebenarnya karena saya tidak berkontinu mendoakannya. Jadi seolah-olah saya kehilangan visi dan tidak melihat jalan yang sebenarnya. Kesalahan besar? Tentu! 
Just share, pelajaran yang saya dapat ambil, saya kalah dengan keadaaan. Kembali saya katakan, saya kalah dengan keadaan. Justru ketika berada di ambang kekalahan, semakin berkontinulah berdoa. Saya belum menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan, dan masih benar-benar mengandalkan diri sendiri. 
 


Banyak materi, banyak teori, banyak pembinaan yang saya dapatkan. Semuanya baik, luar biasa malah. Namun fakta dilapangan, saya lupa menerapkannya, karena masih mengandalkan diri sendiri. Apa itu faktor koleris yang kental di diri saya? Ini pelajaran, baik-baik, jangan lari dari jalan ke visi, karena akan mengaburkan pandangan dan kau seolah-olah kehilangan visi.



Tulisan kali ini menggantung (bagi saya) karena saya sedang berusaha mencari akhir dari tulisan ini. Yang hanya saya bisa lakukan sekaran adalah berkata, Tuhan ampuni saya.

Mengenai Saya

Foto saya
Seorang ambievert -- Bercita-cita dapat mengunjungi 35 Provinsi di Indonesia --Belajar menjadi environmentalist tapi masih sulit untuk hemat energi (namanya juga tahap belajar) -- Sarjana Ekonomi namun tidak begitu paham khatam ekonomi -- penggila senja dan pengagum langit biru -- sangat menyukai perjalanan darat -- tak pernah berhenti kagum atas karya Pencipta alam yang ada di bumi -- Environmental Science, University of Indonesia 2014 (Master degree) -- Resource and Environmental Economics, Bogor Agricultural University 2009-2013 (Bachelor Degree) -- SMAN 5 Bengkulu -- Christian -- I just wanna be a good Indonesian

Popular Posts